‘X’ School
Main Cast:
1.
Resti Anisa
Lestari (Tingkat 0)
Mengendalikan roh. Tidak bisa dibaca
pikirannya. Bisa meniru kekuatan yang dilihatnya.
2.
Laiza Arazak (Tingkat 0)
Bisa
melihat masa depan dan masa lalu. Mengendalikan dan menggerakkan kaca. Membuat
benda melayang.
3.
Abang Adrisky
Fieryanto Armia (Tingkat 1)
Melihat tembus pandang. Mengontrol emosi orang
lain. Perintahnya tidak bisa ditolak.
4.
Muhammad Zona
Gufiralla (Tingkat 1)
Mengubah apa pun menjadi abu.
5.
Abel Dirqanzaki (Tingkat
1)
Mengendalikan dan mengubah material tanah.
6.
Rizki Medis (Tingkat
1)
Menghilangkan kekuatan orang lain (sementara)
dalam radius 3 meter.
7.
Ahmad Ansyori (Tingkat
1)
Memutar balikkan waktu.
8.
Yudandi Kuputra
Aji (Tingkat 1)
Membaca pikiran.
9.
Oppi Ulandari (Tingkat 2)
Mengubah
air menjadi es.
10.
Inggit Amira (Tingkat
2)
Mengendalikan angin.
11.
Gusti Indah
Lestari (Tingkat 2)
Menggandakan diri.
12.
Ristia Rani
(Tingkat 2)
Mengendalikan api.
13.
Monia Agni
Wiyatami (Tingkat 3)
Mempunyai kekuatan yang sangat besar.
14.
Rossa Nurnengsih (Tingkat
3)
Mengendalikan pikiran.
15.
Ade Arinda (Tingkat
3)
Mengatakan masa depan tanpa disadari. Suaranya
menghilangkan kekuatan musuh.
16.
Yuni Kartika (Tingkat
3)
Mengendalikan 4 elemen.
17. Muhammad
Fawwazi Mutazzam (Tingkat 4)
Menyerap
energi apa pun yang dia sentuh.
18.
Maharani Eka
Pratiwi (Tingkat 4)
Mengendalikan air.
19.
Try Okta
Bagaskara (Tingkat 4)
Mengendalikan gerak orang yang mendengar
melodinya.
20.
Harits Aldi Yafi (Tingkat
4)
Mengendalikan benda tanpa menyentuhnya.
21.
Dwi Rizqy (Tingkat
4)
Mengendalikan dan mengubah besi.
22. Muhammad
Rizky Arif Rindana (Tingkat 4)
Melihat
jauh radius 10 km. Apa pun yang dia sentuh akan berubah menjadi lilin.
23.
Aditya Anugrah
Saputra (Tingkat 4)
Bergerak secepat angin.
24.
Najib Arafat (Tingkat
5)
Berubah menjadi binatang apa pun.
25.
Egar Septiagi (Tingkat
5)
Menggambar masa depan.
26.
Novan (Tingkat 5)
Mengambil kesadaran orang lain.
27.
Putri Keiza
Olivia (Tingkat 5)
Mengendalikan tanaman.
28.
Desti Rupa
Lestari (Tingkat 5)
Berbicara dengan binatang. Bisa merasakan
bahaya.
29.
Elgaria Ananda (Tingkat
5)
Mengetahui kekuatan orang lain.
30.
Regyta Vieska (Tingkat
5)
Membaca
isi hati orang lain. Manusia elastis.
Tidak ada yang menyadari keberadaan sekolah itu. Tidak ada seorang pun.
+++
Resti Anisa Lestari
Aku membuka mataku. Ugh,
kepalaku terasa pusing. Apa yang terjadi padaku?
“ Sudah sadar?”
Aku menoleh ke arah suara.
Seorang laki-laki sedang berdiri tidak jauh dariku. Dia menatap keluar jendela,
dan sedetik kemudian aku menyadari bahwa aku berada di sebuah kelas.
“ Si, siapa... kamu?” tanyaku
pelan, karena tenagaku belum terlalu pulih. Laki-laki itu menoleh sekilas ke
arahku.
“ Selamat datang di ‘X’ School.
Kamu murid ketiga puluh yang berhasil masuk.” Ucapnya pelan, namun aku bisa
mendengarnya dengan jelas.
“ X, X School? Sekolah... X?”
tanyaku bingung. Dia mengangguk.
“ Ini asrama kita yang merangkap
sekolah. Kamu bisa mencari kamarmu sendiri. Keluar dari kelas ini, lalu belok
kanan. Oh ya, kita satu kelas. Namun jangan heran, kamu adalah satu-satunya
perempuan di kelas ini. Jadi berhati-hatilah.” Jawabnya. Dia berjalan pergi
meninggakanku yang dipenuhi pertanyaan. Siapa dia? Kenapa aku ada disini? Apa
yang sebenarnya terjadi?
+++
Someone
Aku berjalan keluar dari kelasku,
meninggalkan perempuan itu. Huh, sulit untuk membawanya kesini-jika dia dalam
keadaan sadar! Aku menculiknya sepulang dia sekolah, lalu membawanya ke
‘sekolah’ kami. Yah, dari luar gedung ini bisa dikatakan sebagai bekas bangunan
pabrik, namun di dalamnya, kalian tidak akan menyangka bahwa lantai ini terbuat
dari kaca! Dindingnya terbuat dari emas asli, membuat semua siswa harus memakai
kacamata jika sedang berjalan di lorong gedung.
“ Could you just go to your room and don’t think about her anymore?”
Aku berhenti melangkah saat
mendengar suara itu, lalu aku menoleh dan melihat Zona berdiri tidak jauh
dariku.
“ Should I do that?” balasku. Dia menyenderkan dirinya ke dinding
emas-yang tidak terlihat silau karena gelap.
“ Of course. Who is she? Why is she here?” tanyanya padaku. Aku
berdecak, lalu memutuskan untuk pergi meninggalkannya.
“ Adris.” Panggil Zona yang
membuat langkahku berhenti. “ Don’t
forget, we have a mission.”
“ I know.” Jawab Adris. “ And
it will be more fun if there’s one person that will come to catch us, right?”
+++
Resti Anisa Lestari
Aku berjalan keluar dari kelas,
namun langkahku terhenti ketika mendengar sebuah suara.
“ And it will be more fun if there’s one person that will come to catch
us, right?”
Hah? Siapa itu? Siapa yang
berbicara?
Aku membuka pintu kelas dengan
takut. Suasana diluar gelap karena hari sudah malam, namun aku dapat melihat
laki-laki tadi berdiri tidak jauh dari pintu ini. Tiba-tiba lampu menyala, yang
seketika langsung menyilaukan mataku.
“ Uagh!”
Aku terjatuh ke lantai kelas.
Dapat kudengar derap kaki mendekat. Aku merangkak mundur, namun sesuatu menahan
kakiku.
“ You’re the new student? Hm, I can see that... You’re Resti, right?
You’re in a same room with me. Come on, let’s go to there.”
Seorang laki-laki menarikku
berdiri, lalu dia menuntunku keluar dari kelas. Aku melihat laki-laki yang tadi
berbicara denganku sedang menatap kami sinis. Dan aku baru menyadari satu hal,
lampu tadi sudah dimatikan lagi.
“ Here is our room.”
Aku menatap pintu di depan kami.
Tunggu, apa tadi yang dia bilang? Our
room? Kamar kami?
“ Mak, maksudnya?” tanyaku
bingung. Dia mengangkat bahu.
“ I don’t know about your Bahasa. Do you know how to speak English?”
balasnya. Oh, dia tidak bisa bicara Bahasa Indonesia? Kenapa?
“ You’re... Indonesian, right?” tanyaku, merubah pertanyaanku tadi.
Dia mengangguk. “ Then why you can’t
speak Bahasa?”
“ I lived in London since I was 3 years old.” Jawabnya, lalu dia
membuka pintu itu.
“ Zona, why are you so... late?” ucap seorang laki-laki di kamar itu dengan
senyum manis, namun senyumnya berubah ketika melihatku. “ Ah, new student?” tanyanya dengan wajah... entahlah, aku tidak tau.
“ Ya, she’ll stay in our room.” Jawab laki-laki di sebelahku. Jadi,
namanya Zona? Tunggu, dia bilang apa tadi? Aku, akan tinggal di kamar ini?
Bersama mereka? Yang benar saja! Ada 3 laki-laki di dalam kamar ini! Apa benar
aku akan tinggal di kamar ini dengan mereka?!
“ Oh. By the way, where’s Adris? He should be in here if he doesn’t want
to get punishment from heasmastress.” Kata laki-laki yang lain. Zona
mengangkat bahu.
“ I don’t know, but he did his mission, to bring her here. Now, Abel and
Ansyori, could you please take your things from her bed? Especially for your
underwear, Abel.” Kata Zona dengan nada manis, namun pengertian dari
katanya membuat nada itu memuakkan. Ayolah, bagaimana mungkin dia bisa
mengatakan hal tentang ‘pakaian dalam’ di depan seorang wanita?
“ Ups, sorry.” Ucap Abel, lalu dia dengan tenangnya mengambil ‘pakaian
dalam’nya yang tergeletak di atas tempat tidur, sedangkan Ansyori membereskan
tempat tidur itu sehingga sekarang tempat tidur itu menjadi layak digunakan.
“ Namamu Resti, kan?” tanya
Ansyori padaku. Aku mengangguk pelan. “ Selamat datang di X School! Aku tidak
tau kenapa kamu bisa masuk ke tingkat yang sama dengan kami, namun aku kira aku
bisa melihat kemampuanmu nanti. Mungkin kamu bisa mengalahkan Laiza?” ucapnya
riang, sedangkan aku sama sekali tidak mengerti! Apa maksudnya mengenai
tingkat? Kemampuan? Mengalahkan Laiza? Siapa dia?
“ Lebih baik kamu tidur.” Ucap
seseorang tepat di belakangku. Aku menoleh dan melihat laki-laki yang tadi
berbicara denganku di kelas. Baru saja aku mau menjawab, tiba-tiba sekelilingku
menjadi gelap, dan aku tidak tau apa yang terjadi setelah itu.
+++
Zona hanya melihat Adris memapah
Resti ke atas tempat tidurnya. Abel dan Ansyori pun hanya melihat kejadian itu
dalam diam.
“ Dia tidak akan sadar sampai
besok pagi. Zona, tell the heasmastress
that I brought her to here. She will be the key to get the information. Go!”
perintah Adris. Zona mendengus kesal, namun dia tetap menuruti perintah Adris.
Abel menatap Adris khawatir.
“ Kamu yakin dia orangnya? Aku
tidak merasakan apa pun dari auranya...” katanya cemas. Ansyori sendiri
mengangguk.
“ Suaranya juga tidak mempunyai
khas immortal. Kamu yakin dia
orangnya?” tanya Ansyori. Adris tidak menjawab apa pun, namun dia mengambil
sehelai rambut dari wajah Resti dan membawanya ke sebuah meja. Dia meletakkan
rambut itu lalu mengambil sebuah cairan di dalam sebuah botol kecil.
“ Kalian ingin melihat?” tawar
Adris. Abel dan Ansyori pun berdiri di sebelah Adris. Perlahan, Adris
meneteskan setetes cairan itu tepat di atas rambut Resti. Sepersekian detik
kemudian, cairan itu merambat dan membuat rambut itu berubah warna dari hitam
menjadi emas. Mata Abel dan Ansyori terbelalak, sedangkan Adris tersenyum.
“ Tidak mungkin...” gumam Abel
tidak percaya.
“ Aku juga tidak mengira hal
ini. Kupikir dia hanya immortal
tingkat 5, tidak kusangka ternyata ia immortal
tingkat 0.” Kata Adris senang. “ Sudahlah, kita harus tidur. Sampaikan tentang
ini pada Zona, dia harus mengetahuinya.”
+++
Resti Anisa Lestari
Aku membuka mataku pelan. Ugh,
kepalaku pusing sekali. Apa yang terjadi padaku?
“ Sudah sadar?”
Aku menoleh dan melihat
laki-laki itu sedang duduk di depan laptop. Rasanya seperti deja vu, namun aku segera menggeleng.
“ Lebih baik kamu segera
bersiap. Kita masuk kelas jam 8.” Katanya lagi. Aku menoleh ke sampingku. Abel
dan Ansyori masih tertidur nyenyak, sedangkan Zona entah menghilang kemana. “
Bajumu ada di lemari. Handuk ada di kamar mandi.” Ucapnya lagi. Dia menutup
laptopnya, lalu berjalan keluar. Aku merasa kesal, namun entah kenapa aku tetap
mengikuti perintahnya.
+++
Adris berjalan keluar dari
kamarnya. Baru saja dia berjalan beberapa langkah, suara seseorang menghentikan
langkahnya.
“ Immortal tingkat 0?”
Dia menoleh dan melihat seorang
perempuan berdiri tidak jauh darinya.
“ Dan dia adalah alasan kamu
menjauh dariku?” tanya perempuan itu lagi. Adris memutar kedua bola matanya
malas.
“ Ini urusan pribadi, Gusti.
Jangan kamu kaitkan dengan hubungan kita.” Kata Adris tajam. Gusti mendengus.
“ Apa aku salah mempertahankan
hubungan ini? Atau kamu merasa malu mempunyai hubungan denganku yang merupakan immortal tingkat 2?” balasnya. Adris
melirik ke arahnya.
“ Kembali ke tempatmu sekarang
dan jangan ganggu aku.” Perintah Adris. Gusti mendengus kesal, namun dia tidak
bisa menolak perintah itu.
+++
Resti menyisir rambutnya yang
kusut. Dia merutuki dirinya yang semalam tidur dengan posisi yang salah,
menyebabkan rambutnya yang awut-awutan seperti sekarang.
“ Butuh bantuan?” tawar Abel
pada Resti. Resti mengangguk, lalu dia memberian sisir di tangannya pada Abel.
Abel pun menyisir rambut Resti, dan 10 detik kemudian, rambut Resti menjadi
lurus, sangat lurus.
“ Ba, bagaimana bisa?” tanya
Resti bingung, sedangkan Abel hanya tersenyum simpul.
“ Ayo kita ke kelas! Pelajaran
pertama matematika!” ucapnya riang, lalu dia menarik Resti berdiri dan menuntunnya
keluar dari kamar. Ansyori mengikuti mereka dari belakang. Sebelum mereka
keluar, Abel memakaikan sebuah kacamata hitam pada Resti, lalu pada dirinya
sendiri.
“ Ini untuk apa?” tanya Resti.
“ Untuk mencegah matamu dari
resiko kebutaan.” Jawab Abel. Dia pun membuka pintu kamar dan cahaya silau
menyeruak masuk. Mereka berjalan keluar dari kamar. Terlihat beberapa murid
berjalan lalu lalang di depan mereka.
“ Mau sarapan dulu?” tanya
Ansyori pada Resti. Resti mengangguk, karena perutnya telah mengeluarkan
protes-protes kelaparan. Mereka pun berjalan ke arah kanan, sampai akhirnya
mereka masuk ke dalam sebuah kafetaria.
“ Pesan apa?” tanya seorang
pelayan saat mereka telah duduk di salah satu meja. Abel segera mengatakan
pesanan mereka tanpa menunggu persetujuan dari Resti dan Ansyori. Pelayan itu
segera mencatatnya, lalu berjalan pergi meninggalkan mereka.
“ Em, aku ingin bertanya...”
kata Resti pelan. Abel dan Ansyori menoleh ke arahnya.
“ Silahkan.” Jawab Abel dengan
senyum khasnya.
“ Aku sekarang ada dimana?
Sebenarnya semua ini apa?” tanyanya, mengeluarkan semua kebingungan dalam
dirinya.
“ Kamu sekarang sedang berada di
sebuah sekolah yang merangkap asrama bernama X. Disini merupakan sekolah khusus
untuk manusia immortal seperti kita.”
Jawab Ansyori. Resti mengernyit.
“ Immortal? Maksudnya?” tanya Resti lagi.
“ Abnormal, kita mempunyai kekuatan
dalam diri kita yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.” Jawab Ansyori
lagi. “ Kamu masuk tingkat yang sama dengan kami, karena kamu mempunyai
kemampuan hebat!”
“ Apa kemampuanku?” tanya Resti
yang membuat Abel dan Ansyori terdiam. “ Kenapa kalian tidak menjawab?” tanya
Resti lagi, sedikit memaksa. Tiba-tiba Zona menarik Resti keluar dari
kafetaria.
“ We should go to our class.” Katanya, lalu dia tersenyum manis. Mau
tidak mau Resti berjalan mengikutinya. Mereka bertemu dengan Adris di jalan lalu
akhirnya berjalan bersama menuju sebuah kelas. Zona membuka pintu itu dan
terlihat suasana kelas yang berantakan. Ada 3 orang laki-laki yang sedang
mengobrol dengan tenang di dalam. Adris terlihat menahan emosinya. Dia berjalan
masuk lalu memukul meja di depannya kuat.
BRAKK!!
“ Bereskan semua ini SEKARANG
JUGA!” perintahnya dengan suara besar, keras, dan mematikan. Tanpa ragu, 3
laki-laki itu dan Zona mulai membereskan semua meja dan kursi yang berserakan.
Resti menatap semua itu bingung, sedangkan Adris menatapnya tidak percaya.
“ Kenapa mereka semua menuruti
perintahmu?” tanya Resti bingung. Adris tidak menjawab apa pun, namun semakin
lama bibirnya menyunggingkan senyum.
“ Benar-benar seperti yang
kuharapkan.”
+++
Tragedi pun dimulai. Bisakah kalian
melihat sekeliling kalian? Mungkin ada kami di antaranya.
+++
Seorang perempuan berjalan
menyusuri koridor gedung itu. Buku di tangannya menandakan bahwa dia adalah
seorang nerd, atau kata lainnya: kutu
buku. Dia merupakan anak tingkat 5, tingkat terendah dari immortal lainnya.
“ Regyta...”
Perempuan itu menoleh dan
melihat seorang laki-laki berjalan menghampirinya. Dia tersenyum, namun senyum
itu berubah saat dia melihat tangan laki-laki itu terangkat ke atas,
menyebabkan jutaan pecahan kaca jatuh dari langit-langit di atasnya. Tangan
Regyta memanjang ke kiri, lalu dia menarik badannya sehingga terhindar dari
maut.
“ Apa yang kamu...?!” ucapan
Regyta terhenti saat dia bisa mendengar apa isi hati laki-laki di depannya.
‘Aku ingin membuat kalian semua mati, agar hanya aku immortal
satu-satunya di dunia ini.’
“ Tidak, tidak mungkin... Kamu
pikir kamu itu apa?! Kamu memang immortal
tingkat tinggi, tapi itu bukan berarti kamu bisa seenaknya membunuh immortal lain-“
Jleb!
Sebuah kaca tepat menancap di
jantung Regyta, membuat Regyta jatuh tersungkur ke atas tanah dan meninggal
beberapa detik kemudian. Laki-laki itu tersenyum.
“ Tenang saja, manis... Kalian
semua akan menjadi immortal di alam
sana...”
+++
Resti Anisa Lestari
“ Kamu mengharapkan apa dariku?
Bahwa aku akan menjadi makhluk abnormal? Kalau ya, apa kemampuanku?” tanyaku
pada Adris. Bukannya menjawab, dia hanya tersenyum sambil menatapku teduh.
“ Kamu akan mengerti kalau kamu
mengetahui apa kemampuanku.” Jawabnya, lalu dia duduk di bangku paling
belakang. Bingung, aku pun ikut duduk di sebelahnya. Zona juga duduk di depan
kami.
“ Does it take a long time to clean all the mess up?” tanya Adris
dengan nada menggoda. Zona tersenyum kecut.
“ Yeah, ‘cause you totally make me can’t refuse your command!”
balasnya kesal.
“ Why you can’t refuse him?” tanyaku bingung. Zona mendelik.
“ ‘Cause that’s one of his power. We can’t refuse his command, even the
command asks us to kill our selves.” Jawab Zona yang membuatku ternganga.
Benarkah itu? Mereka tidak bisa menolak perintah Adris? Keren! Tapi... kenapa
aku bisa menolak? “ You can refuse it. I
guess it’s one of your powers, ‘cause you’re immortal level 0.”
“ SSSTTT!!” ucap Adris cepat
sambil membekap mulut Zona. “ I’ve told
you that we should keep that information! How can you be so stupid to tell it
with a loudly voice?!” omelnya. Aku semakin bingung.
“ Memangnya ada apa dengan immortal tingkat 0?” tanyaku, yang
membuat suasana di kelas menjadi hening. Semua laki-laki di kelas itu
menatapku, namun ada 1 laki-laki yang masih fokus terhadap bukunya.
“ Ah, immortal tingkat 0...
juga?” ucapnya, lalu dia berdiri dan menatapku tajam. Adris berdiri di depanku
dan balas menatap laki-laki itu tajam.
“ Hentikan kekuatanmu,
sekarang!” perintah Adris. Laki-laki itu berhenti menatapnya. Dia kembali fokus
ke bukunya.
“ Dia terlihat menarik.” Ucap
laki-laki itu, lalu dia kembali menatap Adris. “ Aku sudah tau apa
kemampuannya. Apa kamu tertarik untuk mengetahuinya?”
+++
Seorang perempuan berjalan
dengan tenang, tidak menyadari bau amis darah yang ada di tengah koridor itu.
“ Regyta... Kamu dimana?”
panggil perempuan itu. Sedetik kemudian, barulah dia menyadari bau yang sangat
tidak mengenakkan. Dia melihat ke lantai dan matanya terbelalak melihat tetesan
darah. Saat dia menoleh ke atas, dia melihat sosok temannya dengan raut wajah
mengerikan. Pecahan kaca yang begitu besar menusuknya, sehingga dia tertancap
ke atas langit-langit koridor itu.
Perempuan itu jatuh terduduk di
atas lantai. Dia sama sekali tidak menyangka, sama sekali. Dan beberapa detik
kemudian, teriakannya membahana ke seluruh penjuru sekolah.
“
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.................”
+++
Abang Adrisky Fieryanto Armia
“ Aku sudah tau apa kemampuannya.
Apa kamu tertarik untuk mengetahuinya?”
Ucapan Laiza itu membuatku
terbelalak. Belum sempat aku berpikir, sebuah teriakan terdengar keras.
“ AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.................”
Aku terkejut, begitu pula Resti,
Zona, Laiza, dan lainnya. Reflek, kami berlari ke arah suara.
Hal selanjutnya yang kulihat
adalah: tubuh Regyta tertancap di langit-langit koridor dengan pecahan kaca
besar di perutnya. Resti memekik, dan aku segera menutup matanya agar dia tidak
melihat hal tersebut.
“ Wah, wah... Pembunuhan pertama
di X School...” ucap Laiza tenang. Aku menoleh ke arahnya, dan dia sedang
tersenyum menatap mayat Regyta yang sedang berusaha diturunkan oleh pihak
sekolah. “ Keren sekali... Mungkin aku bisa mengambil idenya untuk dijadikan
cerita?”
Aku menatap Laiza tajam,
sedangkan dia tidak tau-atau pura-pura tidak tau?-kalau aku menatapnya. Dia berjalan
pergi dari sini. Oh tidak, aku merasakan firasat buruk. Apa ini... belum
berakhir?
+++
“ What the hell is going here?” gumam Zona bingung. Adris hanya
mengangkat bahunya.
“ Take Resti to the room, and take cafe of her.” Perintah Adris pada
Zona. Zona hanya mengangguk lalu menuntun Resti ke kamar. Badan Resti sedikit
gemetar, namun dia berusaha untuk tetap tenang.
“ Why did she die? Do you know why?” tanyanya pada Zona. Zona
mengangkat bahunya.
“ I don’t know, Resti. I’m not a killer.” Jawab Zona seadanya. Resti
tampak serius memikirkan sesuatu.
“ If the killer is one person, why don’t you check a person who can
control a mirror? And he or she can make a thing fly.” Ucapnya yang seketika
menghentikan langkah Zona. Zona menatap Resti tidak percaya. Kenapa hal itu
tidak terpikirkan sama sekali olehnya? Kaca menancap di perut Regyta, itu
berarti pelakunya adalah pengendali kaca! Dan mayat Regyta tertancap di atas
langit-langit, itu berarti pelakunya bisa menerbangkan barang!
“ You’re right! I should tell the heasmastress about this!” kata
Zona, lalu dia meninggalkan Resti sendirian. Suatu keputusan yang buruk.
+++
Resti Anisa Lestari
Aku melihat koridor di depanku
yang terbagi menjadi 3 jalan, kanan, kiri, dan lurus. Yang mana jalan menuju ke
kamarku?
“ Hey, kamu murid baru ya?”
Aku menoleh dan melihat seorang
perempuan berdiri tidak jauh dariku. Dia berjalan mendekatiku lalu mengulurkan
tangannya.
“ Salam kenal. Namaku Oppi Ulandari.
Immortal tingkat 2.” Ucapnya. Tingkat
2? Berarti dia lebih dariku?
“ A, aku Resti Anisa Lestari. Immortal tingkat 0, katanya. Tapi aku
sendiri tidak tau apa kemampuanku.” Ucapku. Matanya terbelalak, entah kenapa.
“ Tingkat 0?!” ucapnya tidak
percaya. “ Benar-benar keren! Aku saja tidak bisa mencapai tingkat 1! Tapi
kamu, murid baru langsung masuk tingkat 0! Aku benar-benar tersanjung bisa
bertemu denganmu!”
Hah? Apa yang dia maksud? Aku
tidak mengerti...
“ Bukannya tingkat 0 merupakan
tingkat terendah di antara tingkat lainnya?” tanyaku bingung. Dia ternganga
mendengarnya.
“ Yang benar saja! Tingkat yang
paling rendah itu tingkat 5, lalu 4, 3, 2, 1, dan tingkat yang paling tinggi
adalah 0! Di tingkat 5 ada Regyta Vieska, Elgaria Ananda, Desty Rupa Lestari,
Putri Keiza Olivia, Novan, Egar Septiagi, dan Najib Arafat. Di tingkat 4 ada Aditya
Anugrah, Muhammad Rizky Arif Rindana, Dwi Rizky, Harits Aldi Yafi, Try Okta
Bagaskara, Maharani Eka Pratiwi, dan Muhammad Fawwazi Mutazzam. Di tingkat 3
ada Yuni Kartika, Ade Arinda, Rossa Nurnengsih, dan Monia Agni Wiyatami. Di
tingkat 2 ada Ristia Rani, Gusti Indah Lestari, Inggit Almira, dan Oppi
Ulandari. Di tingkat 1 ada Yudandi Kuputra Aji, Ahmad Ansyori, Rizki Medis,
Abel Dirqanzaki, Muhammad Zona Gufiralla, dan Abang Adrisky Fieryanto Armia! Dulu hanya ada
1 orang tingkat 0 disini, yaitu Laiza! Tapi ternyata masih ada immortal tingkat 0 lainnya, yaitu kamu!”
jawabnya panjang lebar. Kepalaku menjadi pusing mendengarnya. “ Jadi, apa
kemampuanmu?”
Aku mengangkat bahu.
“ Tidak tau. Aku saja baru tau
kalau aku immortal pagi tadi.”
Jawabku jujur. Dia menggelengkan kepalanya tanda tidak percaya.
“ Ayolah, kemampuanmu pasti
lebih besar dariku! Jangan rendah diri seperti itu!” katanya menyemangatiku.
Aku segera mengalihkan topik.
“ Oh ya, apa kemampuanmu? Aku
jadi penasaran...” ucapku cepat.
“ Ah, kemampuanku biasa saja.
Aku bisa mengubah air menjadi es, begitu pula sebaliknya.” Jawabnya yang
membuatku ternganga. Kemampuannya... hebat sekali! “ Kamarmu dimana? Boleh aku
kesana?” tanyanya membuyarkan lamunanku.
“ Em, masalahnya... aku lupa
dimana kamarku tadi...” jawabku pelan. Dia menghela nafas.
“ It’s okay. Ayo kita cari.” Katanya, lalu kami berjalan bersama.
+++
Abang Adrisky Fieryanto Armia
Aku berniat kembali ke kamar,
namun langkahku terhenti melihat Zona yang berlari terpogoh-pogoh ke arahku.
“ A, Adris! I know how to find the killer! Well, actually Resti knows it.”
Katanya. Mendengar nama Resti, membuatku terbelalak melihat dia tidak bersama
Resti lagi.
“ Fine, but where is she?” tanyaku panik.
“ I left her...” jawab Zona, namun kemudian dia terbelalak. “ Oh my gosh! How can I left her?! Fool!”
gerutunya. Dia berniat lari kembali, namun aku menahannya.
“ You can go to the heasmastress and tell him how to find the killer. I
will look for her.” Perintahku. Zona terlihat protes, namun dia tetap
melakukan perintahku. Aku pun berbalik, segera lari ke kamar.
+++
Resti dan Oppi duduk dengan
tenang di tempat tidur Resti. Tidak ada yang bisa mereka bicarakan, namun
akhirnya Resti memecah keheningan.
“ Bisakah kamu menunjukkan
kemampuanmu? Aku cukup penasaran...” kata Resti pada Oppi. Oppi tersenyum.
“ Bisa ambilkan segelas air?”
tanyanya. Resti mengernyit, namun dia tetap menurutinya. Dia mengambil segelas
air dari dalam kamar mandi, lalu membawanya ke hadapan Oppi. “ Letakkan di atas
meja.” Kata Oppi lagi. Resti pun meletakkan gelas itu di atas meja. Naluriah,
dia berjalan mundur ketika melihat Oppi memejamkan matanya. Tangan Oppi terarah
lurus ke gelas itu, dan sedetik kemudian, air itu berubah menjadi beku. Resti
memeriksa gelas itu.
“ Wow, hebat... Bahkan permukaan
esnya miring...” ucap Resti kagum. Oppi tersenyum simpul. “ Kamu benar-benar
hebat! Aku saja tidak bisa seperti itu!” ucap Resti lagi.
“ Ah, tidak. Kalau kamu tingkat
0, kemampuanmu benar-benar lebih dariku...”
“ Apa yang kamu lakukan di dalam
kamar kami, Oppi?”
Mereka menoleh ke arah suara dan
melihat Adris menyenderkan dirinya di ambang pintu. Oppi berdiri, lalu dia
tersenyum ke arah Resti.
“ Sampai bertemu lagi, immortal level 0.” Ucapnya, lalu dia berjalan keluar. Tepat di sebelah
Adris, dia berbisik. “ Kita akan bertemu lagi, Adris...”
+++
Resti Anisa Lestari
Adris menatapku tajam, namun aku
menatapnya polos.
“ Apa yang dia lakukan padamu?”
tanyanya padaku. Aku mengernyit.
“ Tidak ada apa pun. Dia hanya
menunjukkan kekuatannya di depanku.” Jawabku jujur. Adris menghela nafas.
“ Lain kali, kamu jangan dulu
percaya dengan orang asing. Setidaknya, kamu tetap bersama salah satu dari aku,
Zona, Abel, dan Ansyori. Mengerti?” katanya. Aku mengangguk, lalu menoleh ke
arah air yang membeku itu. Tiba-tiba saja air itu kembali seperti semula. Adris
terkejut melihatnya.
“ Adris, airnya kembali seperti
semula lagi!” ucapku girang. “ Apa ini memang akan menghilang jika Oppi pergi?”
tanyaku padanya, namun dia tidak menjawab. Aku mengangkat bahuku, lalu menoleh
ke gelas itu lagi. Seandainya air itu kembali menjadi es...
+++
Abang Adrisky Fieryanto Armia
“ Apa ini memang akan menghilang
jika Oppi pergi?” tanya Resti padaku. Aku tidak menjawab, karena terlalu
terpana akan keanehan itu. Kekuatan itu tidak akan menghilang meskipun orang
itu berada jauh dari kekuatannya. Tapi, kenapa es itu kembali menjadi air...?
Tiba-tiba, air tersebut kembali
menjadi es. Aku terbelalak, tidak percaya hal ini terjadi. Aku bukan pengendali
es, dan sekarang hanya ada 1 hipotesa yang paling memungkinkan.
Resti yang mempunyai kemampuan itu.
+++
Seorang perempuan duduk di
kamarnya dengan gemetar. Di tangannya tergenggam sebuah kertas. Dia melirik
sekelilingnya ketakutan, karena kalimat dalam surat itu benar-benar
merangsangnya untuk menakuti seluruh benda yang dilihatnya, apa pun itu.
“ Elga! Elga! Buka pintunya,
Elga!” teriak seseorang dari luar. Perempuan itu tetap meringkuk ketakutan,
sampai akhirnya pintu itu terbuka sendirinya dan terlihatlah seorang laki-laki
berjalan masuk ke dalam kamarnya.
“ Re, Regyta, Regyta...” ucap
perempuan itu tergagap. Dia masih tidak menyangka sahabatnya akan tewas setragis
itu.
“ Sabar, aku juga terkejut
melihat Regyta seperti itu...” ucap laki-laki itu, lalu dia menyentuh Regyta.
Senyumnya tadi berubah menjadi seringai menakutkan. Dan sedetik kemudian, Elga
terkulai lemas dengan tubuh yang perlahan tapi pasti mengeriput di seluruh
daerah kulit. Nyawanya telah diambil.
+++
“ What?! There’s a student that being killed again?!” tanya Zona
tidak percaya. Abel mengangguk dengan cepat. “ How can?? It’s not more that one hour when we found Regyta’s body!”
katanya lagi. Abel hanya mengangkat bahunya. Nafasnya terengah-engah karena
tadi dia berlari untuk memberitahu penemuan mayat Elga di kamarnya.
“ I, I should tell the heasmastress about this. By the way, where is
Adris?” tanya Abel. Zona menggeleng tidak tahu.
“ I wanna look for him. Come on, tell the heasmastress.” Ucap Zona,
lalu dia berjalan ke arah yang berbeda dengan Abel. Zona mempercepat langkahnya
menuju kamar mereka, lalu dia membuka pintunya kuat.
BRAKK!!
Adris dan Resti terkejut
mendengar itu, sedangkan Zona berlari masuk dan duduk di depan mereka.
“ There’s a student that being killed again.” Ucap Zona cepat. Adris
segera berdiri karena refleks.
“ Really? Who?!” tanya Adris sedikit panik. Zona mengatur nafasnya.
“ El, Elgaria...” jawab Zona
pelan. Tanpa menunggu lagi, Adris berlari keluar. Zona tidak berbuat apa-apa.
Dia hanya menemani Resti yang sekarang menatapnya penuh tanda tanya.
+++
Abang Adrisky Fieryanto Armia
“ Seluruh tubuhnya mengeriput??”
tanyaku tidak percaya. Ansyori mengangguk.
“ Itu tanda kalau energinya
terserap. Gawat, sepertinya pembunuh itu bisa menyerap energi orang lain.”
Jawab Ansyori. Aku memutar otakku cepat.
“ Pelakunya bukan orang yang
sama.” Ucapku. “ Kita tidak memiliki kemampuan lebih dari satu, kecuali immortal tingkat 1 atau...”
Aku terhenyak. Ansyori pun
tersenyum mendengarnya.
“ Immortal tingkat 0.”
+++
“ Adris? Kamu tadi kemana?”
tanya Resti pada Adris ketika Adris kembali ke kamar. Zona yang mengerti
suasana, segera menyingkir dari kamar itu.
“ Kamu sudah dengar, kan? Ada
murid yang terbunuh lagi.” Jawab Adris tenang, sedangkan Resti terbelalak.
“ Apa?? Bagaimana bisa?!” tanya
Resti tidak percaya. Adris mengangkat bahu.
“ Aku tidak tau. Yang jelas,
pelakunya mungkin 2 orang.” Jawab Adris lagi. Resti menghela nafas.
“ Aku mau ke tempatnya!” kata
Resti tegas. Dia mengangkat tangannya ke samping dan seketika keluarlah air bah
dari dalam kamar mandi. Namun, air itu bukannya menghantam mereka, air itu
menunggu tepat di sebelah tangan Resti. Resti menatapnya tidak percaya.
“ Wow...” gumam mereka berdua.
Resti menatap Adris lalu dia tersenyum.
“ Keren, kan?”
+++
Adris hanya bisa diam. Dia tidak
mengira sama sekali bahwa Resti mempunyai kemampuan sehebat ini.
“ Adris? Kenapa kamu hanya
diam?” tanya Resti padanya. Tangannya masih mengontrol air yang sekarang sedang
membawa mereka ‘melayang’ di koridor sekolah.
“ Ah, ti, tidak...” jawab Adris.
“ Aku hanya... tidak menyangka kamu mempunyai kemampuan ini...”
“ Aku juga tidak menyangka.” Balas
Resti senang. “ Kamarnya ke arah mana?” tanyanya lagi.
“ Ke, ke kiri...” jawab Adris.
Resti memutar tangannya ke kiri, lalu air itu bergerak ke arah yang sama.
Akhirnya, mereka sampai di depan sebuah pintu. Samar, terlihat seperti
gelembung yang menutup pintu tersebut.
“ Lho? Ini gelembung apa?” tanya
Resti bingung. Dia berniat menyentuhnya, namun Adris segera melarangnya.
“ Jangan disentuh!!” perintah
Adris yang membuat Resti tersentak ke depan. Seluruh tubuhnya menembus
gelembung itu, namun gelembung itu tidak pecah. Resti segera berdiri, lalu dia
membuka pintu kamar itu.
“ Hey, ini cukup mudah.” Ucap
Resti. Adris semakin tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Gelembung tersebut
merupakan gelembung perisai. Itu adalah kemampuan khusus yang merupakan
kombinasi dari kemampuan air dan kemampuan angin, yang hanya dimiliki oleh
salah satu guru mereka. Perisai itu tidak bisa ditembus. Jika ada yang mencoba
menembusnya, maka perisai itu akan menyengat dan bisa membunuh. Bagaimana Resti
bisa menembusnya dengan mudah?
+++
Resti Anisa Lestari
Astaga, aku tidak percaya akan
apa yang kulihat. Bagaimana mungkin tubuh Elga bisa mengeriput seperti ini? Apa
yang terjadi padanya??
Kamu murid baru...?
Aku tersentak mendengar nama
itu. Saat aku mendongak, aku melihat arwah perempuan berdiri di atas tubuh
Elga. Tunggu, dia mirip dengan Elga... Apa dia Elga?
“ El, Elga?” tanyaku padanya.
Dia mengangguk. Matanya menatapku sayu.
Kamu bisa melihatku?
“ I, iya... Aku bisa melihatmu.”
Jawabku, lalu aku teringat sesuatu. “ Ah! Katakan padaku siapa pelakunya?!”
tanyaku cepat. Dia perlahan menunduk. Aku dapat melihat air mata yang menetes
di pipinya.
Pacarku... Pacarku tega membunuhku... Dia, dia...
“ Waktumu habis.”
Aku terkejut mendengar suara
itu. Sebuah cahaya yang sangat silau datang dari atas. Saat aku memperjelas
pandanganku, aku melihat tubuh Elga tertarik ke atas.
“ Tunggu!! Aku belum selesai bicara
dengannya!!” teriakku cepat.
“ Waktunya sudah habis. Dia harus pergi.”
“ Kuperintahkan kau untuk
mengembalikan dia, sekarang juga!!” perintahku tajam. Aku mengangkat tangan
kiriku dan seketika arwah Elga tertarik kembali ke tempatku.
“ Pengendali roh... Baiklah, asalkan kamu mengembalikannya sebelum
matahari terbenam.”
Cahaya itu menghilang, dan arwah
Elga masih tetap berada pada tempatnya. Aku menghela nafas lega.
Pengendali roh? Itu kemampuan terhebat yang pernah ada...
“ Maksudnya?” tanyaku pada arwah
Elga. Arwah itu menoleh ke arah pintu.
Carilah di perpustakaan...
“ Perpustakaan? Memangnya ada?”
tanyaku lagi. Arwah Elga mengangguk. “ Ah, aku lupa! Siapa pelaku yang
membunuhmu??”
Itu...
“ Resti? Kamu masih di dalam?”
Aku tersentak mendengar suara
itu. Ah, aku lupa kalau Adris masih ada di depan.
“ I, iya... Aku masih di dalam.
Tunggu sebentar!” teriakku, lalu aku kembali menoleh ke Elga. “ Jadi,
siapa yang membunuhmu?” tanyaku lagi. Dia
tidak menjawab, namun dia menunjuk keluar.
Immortal level four... Kumohon,
jangan sakiti dia... Aku mencintainya...
“ Setelah apa yang dia lakukan
padamu?!” teriakku kesal. Dia menangis. “ Kamu menangisi siapa? Kematianmu atau
cintamu yang hanya dia manfaatkan?” tanyaku tajam. Dia tidak menjawab, hanya
terus menangis. “ Ya sudahlah, kembalilah ke alammu.”
Sedetik kemudian, bayangan arwah
itu menghilang dari hadapanku. Aku menghela nafas, lalu berjalan keluar
menembus gelembung itu lagi. Adris menatapku khawatir.
“ Kamu tidak apa-apa? Aku
mendengar kamu berteriak tadi...” ucapnya khawatir. Aku hanya tersenyum
membalasnya.
“ Tidak apa-apa.” jawabku. Aku
menggerakkan tanganku, lalu air yang berceceran di atas lantai pun terkumpul
kembali. “ Apa kamu tau dimana kelas immortal
tingkat 4?”
+++
Abang Adrisky Fieryanto Armia
Resti kembali mengendalikan air
itu. Aku segera menunjukkan jalan, lalu akhirnya kami sampai di depan kelas immortal tingkat 4.
“ Yakin ini kelasnya?” tanyanya
padaku. Aku mengangguk. Dia menatap daftar siswa di depan pintu, lalu kembali
menoleh ke arahku. “ Antarkan aku menemui setiap murid kelas ini! Kali ini,
tanpa menggunakan kekuatan!” perintahnya, dan entah kenapa aku menurutinya
saja. Tunggu, aku menurutinya? Ya, aku tidak bisa menolak! Ke, kenapa
kemampuannya sama denganku?
“ Re, Resti!” panggilku pada
Resti. Dia menoleh ke arahku.
“ Ada apa?” tanyanya lalu dia
tersenyum manis. Aku terpana sesaat.
“ Ti, tidak. Tidak ada apa-apa.”
jawabku mengurungkan pertanyaanku. Aku merasa tidak sopan untuk bertanya
padanya.
Kami terus berjalan menyusuri
koridor. Entah kenapa, aku merasa bingung dengan kemampuannya. Aku merasa...
penasaran. Sangat penasaran. Tidak ada yang pernah membuatku merasa seperti
ini. Tidak ada.
“ Ini kamarnya.” Ucapku sambil menunjuk
sebuah kamar. Resti meneliti pintu kamar itu.
“ Ah, aku suka baunya... Wangi!”
ucapnya girang. Dia mengetuk pintu itu, lalu keluarlah seorang laki-laki.
“ Kamu siapa...?” tanyanya pada
Resti. Bukannya menjawab, Resti hanya berjalan masuk ke dalam kamar itu. Aku
segera masuk untuk menahannya, namun gerakanku terhenti ketika mendengar
suaranya.
“ Kalian disini mempunyai
kemampuan apa saja?”
Aku terbelalak, begitu juga
seluruh laki-laki yang berada di dalam kamar itu. Mereka menatap Resti tidak suka.
“ Adris, siapa dia? Ah, apa dia
murid baru?” tanya Harits padaku. Aku hanya mengangguk, tidak tau harus
menjawab apa. “ Anak baru... Hm, mungkin dia bisa dipermainkan sedikit...”
Aku berniat menghalangi, namun
tiba-tiba seseorang menahanku dari belakang.
“ Jangan berbuat macam-macam,
Adris...” ucap Aditya dari belakangku. Oh Hell,
aku tidak bisa bergerak dibuatnya.
“ Jangan coba-coba menyentuhku!”
Aku terbelalak melihat Resti
yang mengeluarkan gelembung tepat dari tangannya. bukan hanya itu, gelembung
tersebut sama persis dengan gelembung yang dibuat oleh guru kami. Dia mengurung
Harits dalam gelembung itu.
“ Aku tanya, siapa di antara
kalian yang merupakan pacar Elga?!” tanya Resti tegas. Aku melihat Harits
mengernyit.
“ Pacar Elga? Di kelas kami,
tidak ada satu orang pun yang berpacaran dengan immortal tingkat 5! Mereka terlalu rendah untuk dijadikan pacar!”
ucap Harits ketus. Aku melihat sorot mata Resti berubah. Dia berbalik, dan satu
detik kemudian dia telah membawaku keluar dari kamar itu.
“ Masih ada yang lain?” tanyanya
padaku. Aku mengingat-ingat.
“ Kamu mencari pacar Elga, kan?
Kalau begitu, masih ada satu laki-laki yang tersisa.” Jawabku. Aku mengajaknya
ke atas gedung.
“ Lho? Memangnya ada disini,
ya?” tanyanya bingung. Aku mengangguk, lalu menunjuk ke arah seorang laki-laki
yang sedang duduk menepi tidak jauh dari kami. Resti mengernyit sesaat, lalu
dia berjalan menuju laki-laki itu.
+++
Resti Anisa Lestari
Adris menunjuk seorang laki-laki
yang sedang duduk tidak jauh dari kami. Aku mengernyit, karena dia menggunakan
baju tebal dan tertutup. Dia memakai syal, topi, kacamata hitam, dan sarung
tangan. Sepatunya pun sepatu boot!
Tanpa ragu, aku berjalan ke arahnya
dan berkata.
“ Kamu pacar Elga, kan?”
Dia menoleh ke arahku. Kacamata
hitamnya memantulkan sinar matahari, membuatku silau melihatnya.
“ Bukan.”
Bagiku, itu terdengar seperti
elakan, walaupun dia mengatakannya dengan datar. Tanganku bergerak untuk memegangnya,
namun dia segera berdiri dan mendorongku sehingga aku jatuh dengan keras.
“ Hey! Apa yang kamu lakukan?!”
teriak Adris. Aku mendengar langkah kakinya mendekatiku, lalu dia membantuku
berdiri. Aku melihat dia berjalan menjauh dari kami. Bukannya mengejar, aku
hanya menatap kepergiannya. Apa dia... benar-benar pacarnya Elga?
+++
Desty Rupa Lestari
Aku datang ke acara pemakaman
Elga dan Regyta-setelah diijinkan sekolah. Air mataku mengalir deras. Bagaimana
tidak, mereka berdua merupakan sahabat terdekatku dan mereka meninggal secara
tragis di sekolah! Aku tidak sanggup mengatakan apa pun lagi.
“ Desty.”
Aku menoleh dan melihat Fawwazi
menghampiriku. Tunggu, dia tidak mengenakan kostum serba tertutupnya. Tumben.
“ Ke, kenapa?” tanyaku dengan suara
serak. Dia memberikan sebuah sapu tangan padaku.
“ Jangan menangis. Tidak baik
wanita sepertimu menangis.” Ucapnya.
Deg.
Bukan, aku bukan merasa berdebar
di dekatnya. Ini perasaan lain, seperti...
Tanpa kusadari, seseorang datang
dari belakangku dan memegang tubuhku. Seketika, tubuhku menjadi lemas dan aku
lupa apa yang terjadi. Semua menjadi gelap.
Aku berusaha memberontak, namun
sia-sia. Tubuhku terikat di dalam air ini. Sial, aku terjebak oleh jebakan
mereka!
“ Kamu kenapa?”
Aku menoleh dan melihat seekor
tikus sedang menatapku bingung.
“ Tolong aku! Pergi temui immortal tingkat 0! Mereka pasti
mengerti bahasamu! Katakan kalau aku ada disini!” mohonku cepat. Tikus itu mengangguk,
lalu dia berlari pergi.
+++
Resti Anisa Lestari
Aku baru saja berniat masuk ke
dalam kamar bersama Adris ketika seekor tikus menggigit kakiku.
“ Auw!”
“ Resti? Kamu kenapa?” tanya
Adris padaku. Aku mengelus kakiku pelan, dan hal berikut yang aku dengan
adalah:
“ Tolong! Seorang perempuan
terkurung di kamar mandi di dekat kulkas besar!”
Deg.
“ A, apa?!” tanyaku tidak
percaya. Kenapa aku tidak percaya? Karena aku tidak percaya bahwa seekor tikus
baru saja berbicara padaku!
“ Tolong, Nona! Aku tau kamu immortal tingkat 0! Karena itu, kamu
harus menolongnya!” jawab tikus itu, lalu dia berlari seakan-akan memintaku
untuk mengikutinya. Tanpa ragu, aku berlari mengikutinya, meninggalkan Adris.
+++
Someone
Aku tersenyum sendiri melihat Oppi.
Dia tampak begitu sibuk dengan urusan barunya.
“ Terima kasih telah memberiku
pekerjaan ini! Aku sangat senang!” ucapnya, lalu dia berlalu dari hadapanku.
Senyumku perlahan berubah menjadi seringaian.
“ Sama-sama.”
+++
Abel Dirqanzaki
“ Apa?! Resti pergi begitu saja
darimu??” tanyaku tidak percaya. Adris mengangguk lesu.
“ Apa yang harus kulakukan
sekarang? Aku tidak punya ide apa pun kemana perginya dia.” Jawabnya pelan. Aku
menoleh ke Ansyori, namun dia hanya mengangkat bahunya.
“ What’s going on? Any problem?” tanya Zona bingung. Aku segera
menjelaskan pada Zona apa yang terjadi. “ What?!
Hey, we should find her right now! How can you just sit there without any
worries??”
Benar. Bagaimana mungkin kami
dari tadi duduk disini tanpa bertindak? Astaga, bodoh sekali!
Tanpa banyak bicara, kami
berempat berlari keluar dari kamar lalu berpencar mencari Resti. Beberapa orang
menatapku aneh, namun aku tidak mempedulikannya. Aku harus menemukan Resti
sekarang atau akibatnya fatal.
“ Kalian lihat seorang perempuan
lewat disini tadi?” tanyaku pada setiap orang yang kutemui. Namun mereka semua
menjawab tidak. Aku mengacak rambutku frustasi, sampai aku mendengar sebuah
suara.
“ Aku tadi melihatnya berlari ke
arah kamar mandi di dekat kulkas.”
Aku menoleh dan melihat seorang
laki-laki berdiri tidak jauh dariku. Aku menatapnya penuh harap.
“ Jadi, dia ada disana
sekarang?” tanyaku. Laki-laki itu mengangguk.
“ Aku bisa melihat sejauh 10
meter.” Jawabnya. Aku segera mengucapkan terima kasih padanya, lalu berlari ke
arah yang dimaksud.
+++
Resti Anisa Lestari
Aku menatap sesuatu di depanku
dengan tatapan tidak percaya.
Bagaimana mungkin tubuh
perempuan itu membeku di dalam es? Bukan hanya itu, es itu berwarna merah!
Darah! Astaga, apa yang sebenarnya terjadi?! Kenapa di hari pertama aku masuk
kesini sudah begitu banyak kasus?
“ Keluarkan dia.” Kata tikus
itu. Aku mengangguk, lalu menatap es tersebut. Seketika es itu berubah menjadi
air, air darah. Tubuh perempuan itu penuh bekas sayatan, mulai dari wajah,
tangan, kaki, dan lain-lain. Dia tidak mungkin masih hidup.
“ Astaga, Resti?!”
Aku menoleh dan melihat Abel
menatapku terkejut.
“ Abel! Ada mayat lagi disini!”
+++
Headmastress
3 kasus pembunuhan. Pertama,
dengan kaca. Kedua, penyerap energi. Ketiga, pembekuan es.
Aku sudah menyeleksi seluruh
siswa, dan ada 4 orang tersangka. Hm, apa mungkin mereka pelakunya?
Laiza Arazak. Dia adalah
pengendali kaca dan bisa merubah bentuk kaca. Apa dia yang membunuh Regyta?
Muhammad Fawwazi Mutazzam.
Mengapa dia memakai baju dan alat-alat lainnya? Karena jika dia menyentuh orang
lain, energi orang itu akan terhisap ke dalam diri mereka. Apa dia yang
membunuh Elga?
Oppi Ulandari. Pembuat es dan
bisa mencairkan es atau pun membekukan air. Kasus ini menimpa Desty. Apa
benar-benar dia pembunuhnya?
Satu perkiraan terakhir, siswi
yang belum diketahui kekuatannya, namun sudah jelas, dia adalah immortal tingkat 0.
Resti Anisa Lestari.
+++
“ Ma’am Martini!”
Kepala Sekolah itu menoleh ke
arah pintu. Dia melihat Adris berlari terpogoh-pogoh ke arahnya.
“ Sudah mendapatkan apa yang
Ma’am inginkan?” tanya Kepala Sekolah itu. Adris mengangguk.
“ Kemampuan immortal tingkat 0... Dia bisa meniru kemampuan orang lain yang
dilihatnya. Kemampuan aslinya, dia merupakan pengendali roh.” Jawab Adris. Ma’am
Martini berdecak ringan.
“ Dari mana kamu tau?” tanya
beliau lagi.
“ Perbincangan di ruangan Elga.
Saya bisa mendengarnya. Lalu, dia tidak akan mempan terhadap kekuatan apa pun.”
Jawab Adris. Ma’am Martini tersenyum, sepertinya beliau telah menemukan jawaban
yang beliau inginkan.
+++
Someone
Sial! Ternyata Adris sudah
mengetahui kemampuan Resti! Aku tidak boleh lengah... Ah, bukan. Aku harus
menyelesaikan ini secepatnya... Ya, bunuh semua sekaligus... Tanpa
terkecuali...
+++
“ Seluruh siswa-siswi, harap
segera berkumpul di aula besar. Ada rapat.”
Bingung, seluruh murid sekolah X
berkumpul di ruang aula. Resti dijaga oleh Abel dan Ansyori, sedangkan Zona
menghilang entah kemana.
“ Pengumuman.” Ucap Ma’am
Martini dari atas podium. Suasana menjadi sunyi senyap. “ Dikarenakan kasus
yang sering terjadi belakangan ini, maka untuk sementara kalian akan
dipulangkan ke rumah masing-masing. Ingat, jangan bicarakan apa pun yang pernah
kalian jalani di sekolah ini. Mengerti?”
“ Mengerti...”
Tanpa mereka semua sadari,
seseorang sedang menatap mereka dari ruang pengawas.
“ Mulailah...” ucapnya pelan.
Tiba-tiba seorang laki-laki dalam aula itu membuka sarung tangannya, lalu dia
menyentuh seorang siswi di dekatnya.
“ UAGGHH!!”
Semua siswa-siswi menoleh ke
sumber suara dan mereka terkejut melihat seorang Muhammad Fawwazi Mutazzam
berdiri dengan tangan terbuka yang akan berakibat fatal jika dia menyentuh
orang lain.
“ Siapa yang ingin berkenalan
denganku...?” tanyanya dengan senyum seringaian. Seorang laki-laki bergerak
maju dengan tangan terkepal.
“ Beraninya kau membunuh
Keizia!!” teriaknya. Baru saja dia berniat mengambil kesadaran Fawwazi,
sedinding air menghalanginya. Bukan hanya dia, bahkan seluruh aula itu
dikelilingi oleh air. Saat air itu menetes ke bawah dan menyentuh seorang
siswa, dia berteriak kesakitan.
“ Aaaarrgghh!!”
Siswa itu jatuh ke atas tanah
dan menggeliat kesakitan. Beberapa detik kemudian, dia telah meninggal dunia.
“ Masih ada yang ingin bermain?”
tanya Oppi yang telah mengangkat tangannya untuk mengendalikan air itu. Ma’am Martini membuat gelembung pelindung
yang segera bergerak sendiri melindungi murid-muridnya, namun sebuah kaca
melayang dan tepat tertancap di jantungnya.
“ Ma’am, jangan bertindak
curang...” ucap Laiza, lalu dia tertawa sinis.
“ Resti, cepat berlindung!” ucap
Abel panik. Dia dan Ansyori membawa Resti pergi, namun tiba-tiba sebuah kaca menghalangi
mereka.
“ Eits, jangan pergi dulu.”
Seorang laki-laki menyentuh laki-laki
yang tadi hendak menyerang Fawwazi, dan seketika laki-laki itu membeku dan
berubah menjadi lilin.
“ Bagaimana kamu menolong
mereka, immortal tingkat 0?” katanya
santai. Bat namanya terlihat jelas, Muhammad Rizky Arif Rindana.
“ Resti, cepat pergi! Kamu tidak
boleh mati disini!” bisik Ansyori pada Resti. Resti berniat protes, namun
Ansyori mendorongnya pergi. Oppi menjadi berang.
“ Tak kan kubiarkan satu orang
pun hidup!”
Dia menurunkan kedua tangannya
cepat dan air itu jatuh ke atas seluruh siswa. Asap pun muncul dan menghalangi
pandangan semua orang.
“ Hah! Kamu kira aku tidak akan
bisa menyerang jika asap muncul?!” bentak Laiza berang. Asap itu perlahan
menghilang, dan apa yang dilihat Laiza membuatnya terbelalak.
Seluruh murid terlindungi oleh
gelembung, kecuali ia, Oppi, Fawwazi, dan Rizky.
“ Apa...?! Si, siapa yang
melakukannya?!!” teriaknya. Dia mengayunkan tangannya dan seketika sebuah kaca
yang lancip melayang ke siswi di dekatnya, namun tiba-tiba kaca itu berhenti. Laiza
terkejut, karena dia tau bahwa hanya dialah yang bisa mengendalikan kaca di
sekolah itu.
“ Jangan pernah membunuh lagi!”
Resti berjalan keluar dari
kerumunan siswa-siswi. Dia menatap Laiza tajam. Tangan kanannya yang tadi
terancung ke depan pun turun, bersamaan dengan turunnya kaca itu ke atas
lantai.
“ Ti, tidak mungkin!” ucap Laiza
tidak percaya.
“ Ya, ini mungkin.” Balas Resti.
“ Aku bisa meniru kekuatan kalian.”
Sedetik kemudian, Resti telah berada di
belakang Fawwazi. Dia memegang bahu Fawwazi pelan.
“ Pergilah kau ke Neraka.”
Tangannya menarik sesuatu dari
dalam diri Fawwazi. Roh. Tubuh Fawwazi jatuh ke atas tanah, sedangkan rohnya
masuk ke dalam sebuah wadah panas di dasar dunia.
“ Sial!” teriak Oppi. Dia
mengeluarkan air dari dalam tangannya. Resti mendelik.
“ Air jika dilawan dengan air
akan bercampur... Gawat...” gumamnya pelan. Tanpa dia sadari Rizky telah berada
di belakangnya, bersiap menyentuhnya.
“ Resti!! Awas!!”
Resti segera menunduk tepat pada
waktunya. Dia mengambil pecahan kaca yang berserakan di kakinya, lalu tanpa
ragu menusukkannya ke kaki Rizky. Laiza berusaha mengambil kaca itu, namun
kemampuan Resti jauh lebih kuat.
“ Rasakan!!”
Resti berbali dan melihat air
dari tangan Oppi telah berubah bentuk menjadi panah dan akan menyerangnya.
Satu-satunya cara menahannya adalah...
“ Bekulah!” teriak Resti dan air
itu membeku. Dia segera mengambil es itu dan melemparnya ke arah Oppi. Oppi
terkena es itu dan tewas seketika karena racun yang berada dalam es tersebut.
“ Sial!”
Laiza berlari keluar dari aula
tersebut. Resti berniat mengejar, namun Abel segera menghentikannya.
“ Tunggu, Resti! Kalian sesama
tingkat 0! Lebih baik kamu meniru kekuatanku dulu!” ucap Abel. Resti mengatur
nafasnya.
“ Baiklah. Tunjukkan.” Kata
Resti. Dia menghilangkan gelembung yang mengelilingi Abel.
Abel mengeluarkan tanah dari
dalam tangannya, lalu dia menguah tanah itu menjadi pasir. Resti mengangguk-angguk
melihatnya.
“ Aku juga!”
Yang lain pun ikut menunjukkan
kemampuan mereka pada Resti, karena mereka berpikir, bahwa Restilah yang bisa
menyelamatkan mereka. Dan juga sekolah mereka. Sekolah X.
+++
Someone
Apa?! Dia bisa meniru kemampuan
orang lain? Tidak, ini tidak bisa dibiarkan...
“ Stop it!”
Aku menoleh dan melihat Adris berdiri
tidak jauh di belakangku. Aku tersenyum sinis melihatnya.
“ Sudah tau kalau aku
pelakunya...?”
+++
Resti Anisa Lestari
“ Resti, pergilah! Aku... aku
mempunyai firasat buruk terhadap Adris! Sedari tadi dia menghilang, bersama
Zona!”
Ucapan Abel tadi membuatku
tersentak. Gawat, aku harus segera mencarinya!
Tanganku mengeluarkan gelembung
yang segera melindungi mereka lagi.
“ Hati-hati.” Ucapku, lalu aku
berlari secepat mungkin mengelilingi sekolah. Beruntung, kemampuan Aditya bisa
kumanfaatkan. Aku sudah mengelilingi seluruh bagian sekolah, sampai akhirnya
aku menemukan sebuah pintu yang sedikit terbuka.
“ Kamu... kamu bisa bicara
Bahasa Indonesia...?”
Suara Adris! Tunggu, apa yang
tadi dia bilang? Bisa bicara Bahasa Indonesia? A, apa dia bersama...
Tanganku membuka pintu itu
lebar, dan mataku terbelalak melihat Adris sedang diikat. Matanya tertutup kain
hitam. Dan lebih parahnya, Laiza dan seorang laki-laki yang kukenal berdiri di
depannya dan sedang menatap sinis Adris.
“ Zo... Zona...”
Dia dan Laiza menatapku,
sedangkan Adris sepertinya terkejut mendengar suaraku.
“ Resti? Kenapa kamu disini,
Resti?! Cepat pergi!” teriaknya. Pergi? Mana mungkin aku pergi meninggalkannya!
“
Berani datang, hah?” ucap Zona sinis. Astaga, kemana perginya senyum manis itu?
“ Ja, jadi... selama ini
pelakunya adalah...” ucapku terbata. Zona tersenyum, lalu semakin lama senyum
itu berubah menjadi seringaian.
“ Ya... Akulah pelakunya.”
+++
Resti terlihat shock mendengarnya. Dia menatap Zona
tidak percaya, seakan-akan Zona baru memuntahkan 100 kodok dari mulutnya.
“ Tidak... Tidak mungkin! Ka,
kamu tidak mungkin pelakunya!” teriaknya. Nada suaranya bergetar, pertanda dia
sedang takut sekarang.
“ Tidak mungkin? Semua bisa
menjadi mungkin, Resti... Immortal
tingkat 0, hah? Kamu bukan tandinganku, sayang...
Aku, mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan tingkatanmu, Resti...”
ucap Zona dengan tenangnya. Kaki Resti termundur ke belakang, namun dia
berusaha kuat, untuk menolong Adris.
“ Aku tidak peduli tingkatanmu
lebih tinggi dari padaku! Tapi, lepaskan Adris!” perintah Resti tegas. Laiza
bergerak ke arah Adris, namun Zona segera menahannya dan tiba-tiba sesuatu diambilnya
keluar dari tubuh Laiza. Rohnya.
“ Aku juga mempunyai kemampuan
yang sama denganmu...” ucap Zona tenang. “ Namun, aku bukan di tingkatan yang
sama denganmu. Aku, ada, di tingkatan... Dewa.”
Tiba-tiba, Zona menjentikkan
jarinya dan seketika hujan kaca terjadi. Resti segera mengangkat tangannya ke
atas, lalu dia membuat pelindung dari air. Dia menurunkan satu tangannya dengan
cepat lalu mengeluarkan angin pemotong, bukan ke arah Zona, melainkan ke arah
tali yang mengikat Adris.
Ctas!
Tali itu terpotong. Adris bebas
bergerak! Dia segera membuka penutup matanya. Zona menjadi berang. Dia
mengayunkan tangannya ke arah Adris dan seketika api yang sangat besar muncul.
“ Tidak!!” teriak Resti. Dia
mengayunkan perisainya ke arah api itu hingga api itu padam dengan cepat. Dia
menjadi lengah, dan kesempatan itulah yang diambil Zona.
“ Aku pasti menang.” Ucap Resti
yang membuat Zona terkesiap. Resti segera menunduk saat gumpalan tanah
menyerangnya. Adris berusaha membantu, namun Zona mementalkannya dengan mudah.
“ Zona, berhentilah! Apa yang
membuatmu menjadi seperti ini?!” tanya Adris pada Zona. Zona mendelik. Dia
mengayunkan tangannya sehingga Adris terpental ke dinding.
“ A, apa yang kamu lakukan?!
Adris itu sahabatmu sendiri!!” teriak Resti. Dia mengambil tanah lalu
merubahnya menjadi besi. Dengan cepat dia mengayunkan besi itu ke kepala Zona.
Buakk!!
Zona terhuyung ke depan.
Kesempatan itu dimanfaatkan Resti untuk membuat gelembung yang segera
melindungi Adris.
“ Resti! Bagaimana denganmu?!”
tanya Adris dari dalam gelembung. Resti menggeleng, lalu dia menghadap ke arah
Zona.
“ Kemampuan Najib Arafat,
berubah menjadi binatang apa pun.” Ucap Resti pelan. Tak lama kemudian, dia
berubah menjadi seekor tikus. Catat, berubah menjadi seekor tikus.
Zona celingukan mencari Resti.
Matanya tertuju pada seekor tikus yang sekarang sedang menggigiti kakinya.
“ Auw!”
Reflek, dia menendang kakinya ke
depan sehingga tikus itu terlempar lalu terhempas ke dinding. Tikus itu pun
berubah kembali menjadi Resti.
“ Ugh...” rintihnya pelan. Dia
segera bergerak hingga dia telah berada di belakang Zona. “ Kemampuan Aditya
Anugrah Saputra, bergerak secepat angin. Dan juga kemampuan Harits Aldi Yafi, menggerakkan
benda tanpa menyentuhnya.”
Perlahan, Zona terangkat ke atas
udara. Dia tampak panik.
“ Tu, turunkan aku!” teriaknya.
Resti hanya tertawa.
“ Turunkan? Tidak.” Jawab Resti.
Zona menatapnya tidak suka. “ Kemampuan Yudandi Kuputra Aji, membaca pikiran.
Kamu tidak perlu berniat turun, sayang.
Kamu tidak akan bisa melawan kemampuanku.” Ucapnya lagi. Zona meronta-ronta.
“ Turunkan aku!!” teriaknya
lagi. Resti semakin tertawa.
“ Kemampuan Rizki Medis,
menghilangkan kemampuan orang lain dalam radius 3 meter.” Kata Resti. Dia
melempar Zona ke dinding.
Buaakkk!!!
Adris terbelalak melihat semua
itu. Dia tidak menyangka kemampuan Resti sehebat itu.
“ Kemampuan Ristia Rani,
mengendalikan api.” Ucap Resti. Dari tangannya pun keluar api yang sangat
besar. Zona segera mengeluarkan air yang memadamkan api tersebut. Asap
mengelilingi mereka.
“ Ka, kamu jangan menganggapku
remeh!” teriak Zona. Dia mengayunkan tangannya, lalu keluarlah air yang sama
dengan air milik Oppi. Air itu menghujam Resti.
“ Uaagghh!!”
“ Rasakan itu!!” teriak Zona
senang, namun kesenangannya berubah saat melihat ada 9 orang Resti di depannya.
“ Kemampuan Gusti Indah Lestari,
menggandakan diri.” Ucap Resti tenang. “ Kamu membunuh 1 kembaranku. Haha.”
Ucapnya dengan tawa yang datar. Zona terbelalak melihat air yang keluar dari
tubuh Resti. “ Kemampuan Maharani Eka Pratiwi, Inggit Almira, dan Yuni Kartika.
Mengendalikan 4 elemen.”
Resti mengerahkan tenaganya. Air
itu dicampur dengan angin, sedangkan tangan kirinya mencampur api dengan angin
juga. Lalu, dengan sekali ayunan dia melempar semua itu ke arah Zona. Beberapa
detik sebelum mengenai Zona, dia membuat batu bata dari tanah yang segera
menghalanginya dari kekuatan Resti. Resti berdecak.
“ Kemampuan Rossa Nurnengsih,
mengendalikan pikiran.”
Kemampuan terakhir yang ia
keluarkan, namun Zona mengucapkan mantra terakhirnya.
“ Musnahlah kalian... menjadi
abu.”
Resti terkejut. Dia menoleh ke
arah Adris dan terlihat tubuh Adris perlahan berubah. Tanpa ragu, dia menyentuh
Zona lalu menarik rohnya keluar.
“ Pergilah kamu ke Neraka!!”
teriak Resti. Roh Zona pun kembali masuk ke dalam wadah panas di bawah bumi.
Resti segera menolong Adris. “ Adris! Kamu bisa mendengarku, Adris?! Kumohon,
tahanlah!” ucapnya panik, namun Adris tidak menjawab apa pun. Resti melihat ke
arah tubuh Zona yang tidak bernyawa lagi, hingga dia mendapatkan sebuah ide
gila.
+++
3 tahun kemudian...
“ Zona, disana pemandangannya
bagus, lho!”
“ Benarkah? Ayo kita kesana!”
Dua orang muda-mudi itu berjalan
menuju sebuah taman. Disana, mereka duduk dengan santai.
“ Resti.” Panggil laki-laki itu.
Perempuan itu menoleh. “ Bisakah kamu jangan memanggilku Zona?” pintanya. Resti
hanya tersenyum.
“ Tentu saja bisa, Adris. Namun, aku hanya bisa memanggilmu
Adris jika aku hanya berdua denganmu.” Kata Resti tenang. Adris cemberut
mendengarnya.
“ Salahmu juga kenapa
memindahkan rohku ke tubuh Zona.” Ucap Adris merajuk. Resti tertawa, lalu dia mengacak-acak
rambut Adris.
“ Tenang saja. Aku senang
asalkan kamu masih hidup. Bahkan...”
Adris menggerakkan tangan Zona
yang membuat air di bawah mereka terangkat ke atas.
“ ... kamu mempunyai kemampuan
Zona seutuhnya.”
0 comments:
Post a Comment