Recent Posts

Friday, 29 June 2012

I M M O R T A L ( Cerita Fantasi )


‘X’ School

Regyta Vieska Elgaria Ananda Desti Rupa Lestari Putri Keiza Olivia Novan Egar Septiagi Najib Arafat Aditya Anugrah Saputra Muhammad Rizky Arif Rindana Dwi Rizky Harits Aldi Yafi Try Okta Bagaskara Maharani Eka Pratiwi Muhammad Fawwazi Mutazzam Yuni Kartika Ade Arinda Rossa Nurnengsih Monia Agni Wiyatami Ristia Rani Gusti Indah Lestari Inggit Almira Oppi Ulandari Yudandi Kuputra Aji Ahmad Ansyori Rizki Medis Abel Dirqanzaki Muhammad Zona Gufiralla Abang Adrisky Fieryanto Armia Laiza Arazak Resti Anisa Lestari





Main Cast:
1.        Resti Anisa Lestari (Tingkat 0)
Mengendalikan roh. Tidak bisa dibaca pikirannya. Bisa meniru kekuatan yang dilihatnya.
2.        Laiza Arazak (Tingkat 0)
Bisa melihat masa depan dan masa lalu. Mengendalikan dan menggerakkan kaca. Membuat benda melayang.
3.        Abang Adrisky Fieryanto Armia (Tingkat 1)
Melihat tembus pandang. Mengontrol emosi orang lain. Perintahnya tidak bisa ditolak.
4.        Muhammad Zona Gufiralla (Tingkat 1)
Mengubah apa pun menjadi abu.
5.        Abel Dirqanzaki (Tingkat 1)
Mengendalikan dan mengubah material tanah.
6.        Rizki Medis (Tingkat 1)
Menghilangkan kekuatan orang lain (sementara) dalam radius 3 meter.
7.        Ahmad Ansyori (Tingkat 1)
Memutar balikkan waktu.
8.        Yudandi Kuputra Aji (Tingkat 1)
Membaca pikiran.
9.        Oppi Ulandari (Tingkat 2)
Mengubah air menjadi es.
10.     Inggit Amira (Tingkat 2)
Mengendalikan angin.
11.     Gusti Indah Lestari (Tingkat 2)
Menggandakan diri.
12.     Ristia Rani (Tingkat 2)
Mengendalikan api.
13.     Monia Agni Wiyatami (Tingkat 3)
Mempunyai kekuatan yang sangat besar.
14.     Rossa Nurnengsih (Tingkat 3)
Mengendalikan pikiran.
15.     Ade Arinda (Tingkat 3)
Mengatakan masa depan tanpa disadari. Suaranya menghilangkan kekuatan musuh.
16.     Yuni Kartika (Tingkat 3)
Mengendalikan 4 elemen.
17.     Muhammad Fawwazi Mutazzam (Tingkat 4)
Menyerap energi apa pun yang dia sentuh.
18.     Maharani Eka Pratiwi (Tingkat 4)
Mengendalikan air.
19.     Try Okta Bagaskara (Tingkat 4)
Mengendalikan gerak orang yang mendengar melodinya.
20.     Harits Aldi Yafi (Tingkat 4)
Mengendalikan benda tanpa menyentuhnya.
21.     Dwi Rizqy (Tingkat 4)
Mengendalikan dan mengubah besi.
22.     Muhammad Rizky Arif Rindana (Tingkat 4)
Melihat jauh radius 10 km. Apa pun yang dia sentuh akan berubah menjadi lilin.
23.     Aditya Anugrah Saputra (Tingkat 4)
Bergerak secepat angin.
24.     Najib Arafat (Tingkat 5)
Berubah menjadi binatang apa pun.
25.     Egar Septiagi (Tingkat 5)
Menggambar masa depan.
26.     Novan (Tingkat 5)
Mengambil kesadaran orang lain.
27.     Putri Keiza Olivia (Tingkat 5)
Mengendalikan tanaman.
28.     Desti Rupa Lestari (Tingkat 5)
Berbicara dengan binatang. Bisa merasakan bahaya.
29.     Elgaria Ananda (Tingkat 5)
Mengetahui kekuatan orang lain.
30.     Regyta Vieska (Tingkat 5)
Membaca isi hati orang lain. Manusia elastis.

                  


                Tidak ada yang menyadari keberadaan sekolah itu. Tidak ada seorang pun.
+++
                Resti Anisa Lestari
                Aku membuka mataku. Ugh, kepalaku terasa pusing. Apa yang terjadi padaku?
                “ Sudah sadar?”
                Aku menoleh ke arah suara. Seorang laki-laki sedang berdiri tidak jauh dariku. Dia menatap keluar jendela, dan sedetik kemudian aku menyadari bahwa aku berada di sebuah kelas.
                “ Si, siapa... kamu?” tanyaku pelan, karena tenagaku belum terlalu pulih. Laki-laki itu menoleh sekilas ke arahku.
                “ Selamat datang di ‘X’ School. Kamu murid ketiga puluh yang berhasil masuk.” Ucapnya pelan, namun aku bisa mendengarnya dengan jelas.
                “ X, X School? Sekolah... X?” tanyaku bingung. Dia mengangguk.
                “ Ini asrama kita yang merangkap sekolah. Kamu bisa mencari kamarmu sendiri. Keluar dari kelas ini, lalu belok kanan. Oh ya, kita satu kelas. Namun jangan heran, kamu adalah satu-satunya perempuan di kelas ini. Jadi berhati-hatilah.” Jawabnya. Dia berjalan pergi meninggakanku yang dipenuhi pertanyaan. Siapa dia? Kenapa aku ada disini? Apa yang sebenarnya terjadi?
+++
                Someone
                Aku berjalan keluar dari kelasku, meninggalkan perempuan itu. Huh, sulit untuk membawanya kesini-jika dia dalam keadaan sadar! Aku menculiknya sepulang dia sekolah, lalu membawanya ke ‘sekolah’ kami. Yah, dari luar gedung ini bisa dikatakan sebagai bekas bangunan pabrik, namun di dalamnya, kalian tidak akan menyangka bahwa lantai ini terbuat dari kaca! Dindingnya terbuat dari emas asli, membuat semua siswa harus memakai kacamata jika sedang berjalan di lorong gedung.
                “ Could you just go to your room and don’t think about her anymore?
                Aku berhenti melangkah saat mendengar suara itu, lalu aku menoleh dan melihat Zona berdiri tidak jauh dariku.
                “ Should I do that?” balasku. Dia menyenderkan dirinya ke dinding emas-yang tidak terlihat silau karena gelap.
                “ Of course. Who is she? Why is she here?” tanyanya padaku. Aku berdecak, lalu memutuskan untuk pergi meninggalkannya.
                “ Adris.” Panggil Zona yang membuat langkahku berhenti. “ Don’t forget, we have a mission.
                “ I know.” Jawab Adris. “ And it will be more fun if there’s one person that will come to catch us, right?
+++
                Resti Anisa Lestari
                Aku berjalan keluar dari kelas, namun langkahku terhenti ketika mendengar sebuah suara.
                “ And it will be more fun if there’s one person that will come to catch us, right?
                Hah? Siapa itu? Siapa yang berbicara?
                Aku membuka pintu kelas dengan takut. Suasana diluar gelap karena hari sudah malam, namun aku dapat melihat laki-laki tadi berdiri tidak jauh dari pintu ini. Tiba-tiba lampu menyala, yang seketika langsung menyilaukan mataku.
                “ Uagh!”
                Aku terjatuh ke lantai kelas. Dapat kudengar derap kaki mendekat. Aku merangkak mundur, namun sesuatu menahan kakiku.
                “ You’re the new student? Hm, I can see that... You’re Resti, right? You’re in a same room with me. Come on, let’s go to there.
                Seorang laki-laki menarikku berdiri, lalu dia menuntunku keluar dari kelas. Aku melihat laki-laki yang tadi berbicara denganku sedang menatap kami sinis. Dan aku baru menyadari satu hal, lampu tadi sudah dimatikan lagi.
                “ Here is our room.
                Aku menatap pintu di depan kami. Tunggu, apa tadi yang dia bilang? Our room? Kamar kami?
                “ Mak, maksudnya?” tanyaku bingung. Dia mengangkat bahu.
                “ I don’t know about your Bahasa. Do you know how to speak English?” balasnya. Oh, dia tidak bisa bicara Bahasa Indonesia? Kenapa?
                “ You’re... Indonesian, right?” tanyaku, merubah pertanyaanku tadi. Dia mengangguk. “ Then why you can’t speak Bahasa?
                “ I lived in London since I was 3 years old.” Jawabnya, lalu dia membuka pintu itu.
                “ Zona, why are you so... late?” ucap seorang laki-laki di kamar itu dengan senyum manis, namun senyumnya berubah ketika melihatku. “ Ah, new student?” tanyanya dengan wajah... entahlah, aku tidak tau.
                “ Ya, she’ll stay in our room.” Jawab laki-laki di sebelahku. Jadi, namanya Zona? Tunggu, dia bilang apa tadi? Aku, akan tinggal di kamar ini? Bersama mereka? Yang benar saja! Ada 3 laki-laki di dalam kamar ini! Apa benar aku akan tinggal di kamar ini dengan mereka?!
                “ Oh. By the way, where’s Adris? He should be in here if he doesn’t want to get punishment from heasmastress.” Kata laki-laki yang lain. Zona mengangkat bahu.
                “ I don’t know, but he did his mission, to bring her here. Now, Abel and Ansyori, could you please take your things from her bed? Especially for your underwear, Abel.” Kata Zona dengan nada manis, namun pengertian dari katanya membuat nada itu memuakkan. Ayolah, bagaimana mungkin dia bisa mengatakan hal tentang ‘pakaian dalam’ di depan seorang wanita?
                “ Ups, sorry.” Ucap Abel, lalu dia dengan tenangnya mengambil ‘pakaian dalam’nya yang tergeletak di atas tempat tidur, sedangkan Ansyori membereskan tempat tidur itu sehingga sekarang tempat tidur itu menjadi layak digunakan.
                “ Namamu Resti, kan?” tanya Ansyori padaku. Aku mengangguk pelan. “ Selamat datang di X School! Aku tidak tau kenapa kamu bisa masuk ke tingkat yang sama dengan kami, namun aku kira aku bisa melihat kemampuanmu nanti. Mungkin kamu bisa mengalahkan Laiza?” ucapnya riang, sedangkan aku sama sekali tidak mengerti! Apa maksudnya mengenai tingkat? Kemampuan? Mengalahkan Laiza? Siapa dia?
                “ Lebih baik kamu tidur.” Ucap seseorang tepat di belakangku. Aku menoleh dan melihat laki-laki yang tadi berbicara denganku di kelas. Baru saja aku mau menjawab, tiba-tiba sekelilingku menjadi gelap, dan aku tidak tau apa yang terjadi setelah itu.
+++
                Zona hanya melihat Adris memapah Resti ke atas tempat tidurnya. Abel dan Ansyori pun hanya melihat kejadian itu dalam diam.
                “ Dia tidak akan sadar sampai besok pagi. Zona, tell the heasmastress that I brought her to here. She will be the key to get the information. Go!” perintah Adris. Zona mendengus kesal, namun dia tetap menuruti perintah Adris. Abel menatap Adris khawatir.
                “ Kamu yakin dia orangnya? Aku tidak merasakan apa pun dari auranya...” katanya cemas. Ansyori sendiri mengangguk.
                “ Suaranya juga tidak mempunyai khas immortal. Kamu yakin dia orangnya?” tanya Ansyori. Adris tidak menjawab apa pun, namun dia mengambil sehelai rambut dari wajah Resti dan membawanya ke sebuah meja. Dia meletakkan rambut itu lalu mengambil sebuah cairan di dalam sebuah botol kecil.
                “ Kalian ingin melihat?” tawar Adris. Abel dan Ansyori pun berdiri di sebelah Adris. Perlahan, Adris meneteskan setetes cairan itu tepat di atas rambut Resti. Sepersekian detik kemudian, cairan itu merambat dan membuat rambut itu berubah warna dari hitam menjadi emas. Mata Abel dan Ansyori terbelalak, sedangkan Adris tersenyum.
                “ Tidak mungkin...” gumam Abel tidak percaya.
                “ Aku juga tidak mengira hal ini. Kupikir dia hanya immortal tingkat 5, tidak kusangka ternyata ia immortal tingkat 0.” Kata Adris senang. “ Sudahlah, kita harus tidur. Sampaikan tentang ini pada Zona, dia harus mengetahuinya.”
+++
                Resti Anisa Lestari
                Aku membuka mataku pelan. Ugh, kepalaku pusing sekali. Apa yang terjadi padaku?
                “ Sudah sadar?”
                Aku menoleh dan melihat laki-laki itu sedang duduk di depan laptop. Rasanya seperti deja vu, namun aku segera menggeleng.
                “ Lebih baik kamu segera bersiap. Kita masuk kelas jam 8.” Katanya lagi. Aku menoleh ke sampingku. Abel dan Ansyori masih tertidur nyenyak, sedangkan Zona entah menghilang kemana. “ Bajumu ada di lemari. Handuk ada di kamar mandi.” Ucapnya lagi. Dia menutup laptopnya, lalu berjalan keluar. Aku merasa kesal, namun entah kenapa aku tetap mengikuti perintahnya.
+++
                Adris berjalan keluar dari kamarnya. Baru saja dia berjalan beberapa langkah, suara seseorang menghentikan langkahnya.
                “ Immortal tingkat 0?”
                Dia menoleh dan melihat seorang perempuan berdiri tidak jauh darinya.
                “ Dan dia adalah alasan kamu menjauh dariku?” tanya perempuan itu lagi. Adris memutar kedua bola matanya malas.
                “ Ini urusan pribadi, Gusti. Jangan kamu kaitkan dengan hubungan kita.” Kata Adris tajam. Gusti mendengus.
                “ Apa aku salah mempertahankan hubungan ini? Atau kamu merasa malu mempunyai hubungan denganku yang merupakan immortal tingkat 2?” balasnya. Adris melirik ke arahnya.
                “ Kembali ke tempatmu sekarang dan jangan ganggu aku.” Perintah Adris. Gusti mendengus kesal, namun dia tidak bisa menolak perintah itu.
+++
                Resti menyisir rambutnya yang kusut. Dia merutuki dirinya yang semalam tidur dengan posisi yang salah, menyebabkan rambutnya yang awut-awutan seperti sekarang.
                “ Butuh bantuan?” tawar Abel pada Resti. Resti mengangguk, lalu dia memberian sisir di tangannya pada Abel. Abel pun menyisir rambut Resti, dan 10 detik kemudian, rambut Resti menjadi lurus, sangat lurus.
                “ Ba, bagaimana bisa?” tanya Resti bingung, sedangkan Abel hanya tersenyum simpul.
                “ Ayo kita ke kelas! Pelajaran pertama matematika!” ucapnya riang, lalu dia menarik Resti berdiri dan menuntunnya keluar dari kamar. Ansyori mengikuti mereka dari belakang. Sebelum mereka keluar, Abel memakaikan sebuah kacamata hitam pada Resti, lalu pada dirinya sendiri.
                “ Ini untuk apa?” tanya Resti.
                “ Untuk mencegah matamu dari resiko kebutaan.” Jawab Abel. Dia pun membuka pintu kamar dan cahaya silau menyeruak masuk. Mereka berjalan keluar dari kamar. Terlihat beberapa murid berjalan lalu lalang di depan mereka.
                “ Mau sarapan dulu?” tanya Ansyori pada Resti. Resti mengangguk, karena perutnya telah mengeluarkan protes-protes kelaparan. Mereka pun berjalan ke arah kanan, sampai akhirnya mereka masuk ke dalam sebuah kafetaria.
                “ Pesan apa?” tanya seorang pelayan saat mereka telah duduk di salah satu meja. Abel segera mengatakan pesanan mereka tanpa menunggu persetujuan dari Resti dan Ansyori. Pelayan itu segera mencatatnya, lalu berjalan pergi meninggalkan mereka.
                “ Em, aku ingin bertanya...” kata Resti pelan. Abel dan Ansyori menoleh ke arahnya.
                “ Silahkan.” Jawab Abel dengan senyum khasnya.
                “ Aku sekarang ada dimana? Sebenarnya semua ini apa?” tanyanya, mengeluarkan semua kebingungan dalam dirinya.
                “ Kamu sekarang sedang berada di sebuah sekolah yang merangkap asrama bernama X. Disini merupakan sekolah khusus untuk manusia immortal seperti kita.” Jawab Ansyori. Resti mengernyit.
                “ Immortal? Maksudnya?” tanya Resti lagi.
                “ Abnormal, kita mempunyai kekuatan dalam diri kita yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.” Jawab Ansyori lagi. “ Kamu masuk tingkat yang sama dengan kami, karena kamu mempunyai kemampuan hebat!”
                “ Apa kemampuanku?” tanya Resti yang membuat Abel dan Ansyori terdiam. “ Kenapa kalian tidak menjawab?” tanya Resti lagi, sedikit memaksa. Tiba-tiba Zona menarik Resti keluar dari kafetaria.
                “ We should go to our class.” Katanya, lalu dia tersenyum manis. Mau tidak mau Resti berjalan mengikutinya. Mereka bertemu dengan Adris di jalan lalu akhirnya berjalan bersama menuju sebuah kelas. Zona membuka pintu itu dan terlihat suasana kelas yang berantakan. Ada 3 orang laki-laki yang sedang mengobrol dengan tenang di dalam. Adris terlihat menahan emosinya. Dia berjalan masuk lalu memukul meja di depannya kuat.
                BRAKK!!
                “ Bereskan semua ini SEKARANG JUGA!” perintahnya dengan suara besar, keras, dan mematikan. Tanpa ragu, 3 laki-laki itu dan Zona mulai membereskan semua meja dan kursi yang berserakan. Resti menatap semua itu bingung, sedangkan Adris menatapnya tidak percaya.
                “ Kenapa mereka semua menuruti perintahmu?” tanya Resti bingung. Adris tidak menjawab apa pun, namun semakin lama bibirnya menyunggingkan senyum.
                “ Benar-benar seperti yang kuharapkan.”
+++
                Tragedi pun dimulai. Bisakah kalian melihat sekeliling kalian? Mungkin ada kami di antaranya.
+++
                Seorang perempuan berjalan menyusuri koridor gedung itu. Buku di tangannya menandakan bahwa dia adalah seorang nerd, atau kata lainnya: kutu buku. Dia merupakan anak tingkat 5, tingkat terendah dari immortal lainnya.
                “ Regyta...”
                Perempuan itu menoleh dan melihat seorang laki-laki berjalan menghampirinya. Dia tersenyum, namun senyum itu berubah saat dia melihat tangan laki-laki itu terangkat ke atas, menyebabkan jutaan pecahan kaca jatuh dari langit-langit di atasnya. Tangan Regyta memanjang ke kiri, lalu dia menarik badannya sehingga terhindar dari maut.
                “ Apa yang kamu...?!” ucapan Regyta terhenti saat dia bisa mendengar apa isi hati laki-laki di depannya.
                ‘Aku ingin membuat kalian semua mati, agar hanya aku immortal satu-satunya di dunia ini.’
                “ Tidak, tidak mungkin... Kamu pikir kamu itu apa?! Kamu memang immortal tingkat tinggi, tapi itu bukan berarti kamu bisa seenaknya membunuh immortal lain-“
                Jleb!
                Sebuah kaca tepat menancap di jantung Regyta, membuat Regyta jatuh tersungkur ke atas tanah dan meninggal beberapa detik kemudian. Laki-laki itu tersenyum.
                “ Tenang saja, manis... Kalian semua akan menjadi immortal di alam sana...”
+++
                Resti Anisa Lestari
                “ Kamu mengharapkan apa dariku? Bahwa aku akan menjadi makhluk abnormal? Kalau ya, apa kemampuanku?” tanyaku pada Adris. Bukannya menjawab, dia hanya tersenyum sambil menatapku teduh.
                “ Kamu akan mengerti kalau kamu mengetahui apa kemampuanku.” Jawabnya, lalu dia duduk di bangku paling belakang. Bingung, aku pun ikut duduk di sebelahnya. Zona juga duduk di depan kami.
                “ Does it take a long time to clean all the mess up?” tanya Adris dengan nada menggoda. Zona tersenyum kecut.
                “ Yeah, ‘cause you totally make me can’t refuse your command!” balasnya kesal.
                “ Why you can’t refuse him?” tanyaku bingung. Zona mendelik.
                “ ‘Cause that’s one of his power. We can’t refuse his command, even the command asks us to kill our selves.” Jawab Zona yang membuatku ternganga. Benarkah itu? Mereka tidak bisa menolak perintah Adris? Keren! Tapi... kenapa aku bisa menolak? “ You can refuse it. I guess it’s one of your powers, ‘cause you’re immortal level 0.
                “ SSSTTT!!” ucap Adris cepat sambil membekap mulut Zona. “ I’ve told you that we should keep that information! How can you be so stupid to tell it with a loudly voice?!” omelnya. Aku semakin bingung.
                “ Memangnya ada apa dengan immortal tingkat 0?” tanyaku, yang membuat suasana di kelas menjadi hening. Semua laki-laki di kelas itu menatapku, namun ada 1 laki-laki yang masih fokus terhadap bukunya.
                “ Ah, immortal tingkat 0... juga?” ucapnya, lalu dia berdiri dan menatapku tajam. Adris berdiri di depanku dan balas menatap laki-laki itu tajam.
                “ Hentikan kekuatanmu, sekarang!” perintah Adris. Laki-laki itu berhenti menatapnya. Dia kembali fokus ke bukunya.
                “ Dia terlihat menarik.” Ucap laki-laki itu, lalu dia kembali menatap Adris. “ Aku sudah tau apa kemampuannya. Apa kamu tertarik untuk mengetahuinya?”
+++
                Seorang perempuan berjalan dengan tenang, tidak menyadari bau amis darah yang ada di tengah koridor itu.
                “ Regyta... Kamu dimana?” panggil perempuan itu. Sedetik kemudian, barulah dia menyadari bau yang sangat tidak mengenakkan. Dia melihat ke lantai dan matanya terbelalak melihat tetesan darah. Saat dia menoleh ke atas, dia melihat sosok temannya dengan raut wajah mengerikan. Pecahan kaca yang begitu besar menusuknya, sehingga dia tertancap ke atas langit-langit koridor itu.
                Perempuan itu jatuh terduduk di atas lantai. Dia sama sekali tidak menyangka, sama sekali. Dan beberapa detik kemudian, teriakannya membahana ke seluruh penjuru sekolah.
                “ AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.................”
+++
                Abang Adrisky Fieryanto Armia
                “ Aku sudah tau apa kemampuannya. Apa kamu tertarik untuk mengetahuinya?”
                Ucapan Laiza itu membuatku terbelalak. Belum sempat aku berpikir, sebuah teriakan terdengar keras.
                “ AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.................”
                Aku terkejut, begitu pula Resti, Zona, Laiza, dan lainnya. Reflek, kami berlari ke arah suara.
                Hal selanjutnya yang kulihat adalah: tubuh Regyta tertancap di langit-langit koridor dengan pecahan kaca besar di perutnya. Resti memekik, dan aku segera menutup matanya agar dia tidak melihat hal tersebut.
                “ Wah, wah... Pembunuhan pertama di X School...” ucap Laiza tenang. Aku menoleh ke arahnya, dan dia sedang tersenyum menatap mayat Regyta yang sedang berusaha diturunkan oleh pihak sekolah. “ Keren sekali... Mungkin aku bisa mengambil idenya untuk dijadikan cerita?”
                Aku menatap Laiza tajam, sedangkan dia tidak tau-atau pura-pura tidak tau?-kalau aku menatapnya. Dia berjalan pergi dari sini. Oh tidak, aku merasakan firasat buruk. Apa ini... belum berakhir?
+++
                “ What the hell is going here?” gumam Zona bingung. Adris hanya mengangkat bahunya.
                “ Take Resti to the room, and take cafe of her.” Perintah Adris pada Zona. Zona hanya mengangguk lalu menuntun Resti ke kamar. Badan Resti sedikit gemetar, namun dia berusaha untuk tetap tenang.
                “ Why did she die? Do you know why?” tanyanya pada Zona. Zona mengangkat bahunya.
                “ I don’t know, Resti. I’m not a killer.” Jawab Zona seadanya. Resti tampak serius memikirkan sesuatu.
                “ If the killer is one person, why don’t you check a person who can control a mirror? And he or she can make a thing fly.” Ucapnya yang seketika menghentikan langkah Zona. Zona menatap Resti tidak percaya. Kenapa hal itu tidak terpikirkan sama sekali olehnya? Kaca menancap di perut Regyta, itu berarti pelakunya adalah pengendali kaca! Dan mayat Regyta tertancap di atas langit-langit, itu berarti pelakunya bisa menerbangkan barang!
                “ You’re right! I should tell the heasmastress about this!” kata Zona, lalu dia meninggalkan Resti sendirian. Suatu keputusan yang buruk.
+++
                Resti Anisa Lestari
                Aku melihat koridor di depanku yang terbagi menjadi 3 jalan, kanan, kiri, dan lurus. Yang mana jalan menuju ke kamarku?
                “ Hey, kamu murid baru ya?”
                Aku menoleh dan melihat seorang perempuan berdiri tidak jauh dariku. Dia berjalan mendekatiku lalu mengulurkan tangannya.
                “ Salam kenal. Namaku Oppi Ulandari. Immortal tingkat 2.” Ucapnya. Tingkat 2? Berarti dia lebih dariku?
                “ A, aku Resti Anisa Lestari. Immortal tingkat 0, katanya. Tapi aku sendiri tidak tau apa kemampuanku.” Ucapku. Matanya terbelalak, entah kenapa.
                “ Tingkat 0?!” ucapnya tidak percaya. “ Benar-benar keren! Aku saja tidak bisa mencapai tingkat 1! Tapi kamu, murid baru langsung masuk tingkat 0! Aku benar-benar tersanjung bisa bertemu denganmu!”
                Hah? Apa yang dia maksud? Aku tidak mengerti...
                “ Bukannya tingkat 0 merupakan tingkat terendah di antara tingkat lainnya?” tanyaku bingung. Dia ternganga mendengarnya.
                “ Yang benar saja! Tingkat yang paling rendah itu tingkat 5, lalu 4, 3, 2, 1, dan tingkat yang paling tinggi adalah 0! Di tingkat 5 ada Regyta Vieska, Elgaria Ananda, Desty Rupa Lestari, Putri Keiza Olivia, Novan, Egar Septiagi, dan Najib Arafat. Di tingkat 4 ada Aditya Anugrah, Muhammad Rizky Arif Rindana, Dwi Rizky, Harits Aldi Yafi, Try Okta Bagaskara, Maharani Eka Pratiwi, dan Muhammad Fawwazi Mutazzam. Di tingkat 3 ada Yuni Kartika, Ade Arinda, Rossa Nurnengsih, dan Monia Agni Wiyatami. Di tingkat 2 ada Ristia Rani, Gusti Indah Lestari, Inggit Almira, dan Oppi Ulandari. Di tingkat 1 ada Yudandi Kuputra Aji, Ahmad Ansyori, Rizki Medis, Abel Dirqanzaki, Muhammad Zona Gufiralla, dan  Abang Adrisky Fieryanto Armia! Dulu hanya ada 1 orang tingkat 0 disini, yaitu Laiza! Tapi ternyata masih ada immortal tingkat 0 lainnya, yaitu kamu!” jawabnya panjang lebar. Kepalaku menjadi pusing mendengarnya. “ Jadi, apa kemampuanmu?”
                Aku mengangkat bahu.
                “ Tidak tau. Aku saja baru tau kalau aku immortal pagi tadi.” Jawabku jujur. Dia menggelengkan kepalanya tanda tidak percaya.
                “ Ayolah, kemampuanmu pasti lebih besar dariku! Jangan rendah diri seperti itu!” katanya menyemangatiku. Aku segera mengalihkan topik.
                “ Oh ya, apa kemampuanmu? Aku jadi penasaran...” ucapku cepat.
                “ Ah, kemampuanku biasa saja. Aku bisa mengubah air menjadi es, begitu pula sebaliknya.” Jawabnya yang membuatku ternganga. Kemampuannya... hebat sekali! “ Kamarmu dimana? Boleh aku kesana?” tanyanya membuyarkan lamunanku.
                “ Em, masalahnya... aku lupa dimana kamarku tadi...” jawabku pelan. Dia menghela nafas.
                “ It’s okay. Ayo kita cari.” Katanya, lalu kami berjalan bersama.
+++
                Abang Adrisky Fieryanto Armia
                Aku berniat kembali ke kamar, namun langkahku terhenti melihat Zona yang berlari terpogoh-pogoh ke arahku.
                “ A, Adris! I know how to find the killer! Well, actually Resti knows it.” Katanya. Mendengar nama Resti, membuatku terbelalak melihat dia tidak bersama Resti lagi.
                “ Fine, but where is she?” tanyaku panik.
                “ I left her...” jawab Zona, namun kemudian dia terbelalak. “ Oh my gosh! How can I left her?! Fool!” gerutunya. Dia berniat lari kembali, namun aku menahannya.
                “ You can go to the heasmastress and tell him how to find the killer. I will look for her.” Perintahku. Zona terlihat protes, namun dia tetap melakukan perintahku. Aku pun berbalik, segera lari ke kamar.
+++
                Resti dan Oppi duduk dengan tenang di tempat tidur Resti. Tidak ada yang bisa mereka bicarakan, namun akhirnya Resti memecah keheningan.
                “ Bisakah kamu menunjukkan kemampuanmu? Aku cukup penasaran...” kata Resti pada Oppi. Oppi tersenyum.
                “ Bisa ambilkan segelas air?” tanyanya. Resti mengernyit, namun dia tetap menurutinya. Dia mengambil segelas air dari dalam kamar mandi, lalu membawanya ke hadapan Oppi. “ Letakkan di atas meja.” Kata Oppi lagi. Resti pun meletakkan gelas itu di atas meja. Naluriah, dia berjalan mundur ketika melihat Oppi memejamkan matanya. Tangan Oppi terarah lurus ke gelas itu, dan sedetik kemudian, air itu berubah menjadi beku. Resti memeriksa gelas itu.
                “ Wow, hebat... Bahkan permukaan esnya miring...” ucap Resti kagum. Oppi tersenyum simpul. “ Kamu benar-benar hebat! Aku saja tidak bisa seperti itu!” ucap Resti lagi.
                “ Ah, tidak. Kalau kamu tingkat 0, kemampuanmu benar-benar lebih dariku...”
                “ Apa yang kamu lakukan di dalam kamar kami, Oppi?”
                Mereka menoleh ke arah suara dan melihat Adris menyenderkan dirinya di ambang pintu. Oppi berdiri, lalu dia tersenyum ke arah Resti.
                “ Sampai bertemu lagi, immortal level 0.” Ucapnya, lalu dia berjalan keluar. Tepat di sebelah Adris, dia berbisik. “ Kita akan bertemu lagi, Adris...”
+++
                Resti Anisa Lestari
                Adris menatapku tajam, namun aku menatapnya polos.
                “ Apa yang dia lakukan padamu?” tanyanya padaku. Aku mengernyit.
                “ Tidak ada apa pun. Dia hanya menunjukkan kekuatannya di depanku.” Jawabku jujur. Adris menghela nafas.
                “ Lain kali, kamu jangan dulu percaya dengan orang asing. Setidaknya, kamu tetap bersama salah satu dari aku, Zona, Abel, dan Ansyori. Mengerti?” katanya. Aku mengangguk, lalu menoleh ke arah air yang membeku itu. Tiba-tiba saja air itu kembali seperti semula. Adris terkejut melihatnya.
                “ Adris, airnya kembali seperti semula lagi!” ucapku girang. “ Apa ini memang akan menghilang jika Oppi pergi?” tanyaku padanya, namun dia tidak menjawab. Aku mengangkat bahuku, lalu menoleh ke gelas itu lagi. Seandainya air itu kembali menjadi es...
+++
                Abang Adrisky Fieryanto Armia
                “ Apa ini memang akan menghilang jika Oppi pergi?” tanya Resti padaku. Aku tidak menjawab, karena terlalu terpana akan keanehan itu. Kekuatan itu tidak akan menghilang meskipun orang itu berada jauh dari kekuatannya. Tapi, kenapa es itu kembali menjadi air...?
                Tiba-tiba, air tersebut kembali menjadi es. Aku terbelalak, tidak percaya hal ini terjadi. Aku bukan pengendali es, dan sekarang hanya ada 1 hipotesa yang paling memungkinkan.
                Resti yang mempunyai kemampuan itu.
+++
                Seorang perempuan duduk di kamarnya dengan gemetar. Di tangannya tergenggam sebuah kertas. Dia melirik sekelilingnya ketakutan, karena kalimat dalam surat itu benar-benar merangsangnya untuk menakuti seluruh benda yang dilihatnya, apa pun itu.
                “ Elga! Elga! Buka pintunya, Elga!” teriak seseorang dari luar. Perempuan itu tetap meringkuk ketakutan, sampai akhirnya pintu itu terbuka sendirinya dan terlihatlah seorang laki-laki berjalan masuk ke dalam kamarnya.
                “ Re, Regyta, Regyta...” ucap perempuan itu tergagap. Dia masih tidak menyangka sahabatnya akan tewas setragis itu.
                “ Sabar, aku juga terkejut melihat Regyta seperti itu...” ucap laki-laki itu, lalu dia menyentuh Regyta. Senyumnya tadi berubah menjadi seringai menakutkan. Dan sedetik kemudian, Elga terkulai lemas dengan tubuh yang perlahan tapi pasti mengeriput di seluruh daerah kulit. Nyawanya telah diambil.
+++
                “ What?! There’s a student that being killed again?!” tanya Zona tidak percaya. Abel mengangguk dengan cepat. “ How can?? It’s not more that one hour when we found Regyta’s body!” katanya lagi. Abel hanya mengangkat bahunya. Nafasnya terengah-engah karena tadi dia berlari untuk memberitahu penemuan mayat Elga di kamarnya.
                “ I, I should tell the heasmastress about this. By the way, where is Adris?” tanya Abel. Zona menggeleng tidak tahu.
                “ I wanna look for him. Come on, tell the heasmastress.” Ucap Zona, lalu dia berjalan ke arah yang berbeda dengan Abel. Zona mempercepat langkahnya menuju kamar mereka, lalu dia membuka pintunya kuat.
                BRAKK!! 
                Adris dan Resti terkejut mendengar itu, sedangkan Zona berlari masuk dan duduk di depan mereka.
                “ There’s a student that being killed again.” Ucap Zona cepat. Adris segera berdiri karena refleks.
                “ Really? Who?!” tanya Adris sedikit panik. Zona mengatur nafasnya.
                “ El, Elgaria...” jawab Zona pelan. Tanpa menunggu lagi, Adris berlari keluar. Zona tidak berbuat apa-apa. Dia hanya menemani Resti yang sekarang menatapnya penuh tanda tanya.
+++
                Abang Adrisky Fieryanto Armia
                “ Seluruh tubuhnya mengeriput??” tanyaku tidak percaya. Ansyori mengangguk.
                “ Itu tanda kalau energinya terserap. Gawat, sepertinya pembunuh itu bisa menyerap energi orang lain.” Jawab Ansyori. Aku memutar otakku cepat.
                “ Pelakunya bukan orang yang sama.” Ucapku. “ Kita tidak memiliki kemampuan lebih dari satu, kecuali immortal tingkat 1 atau...”
                Aku terhenyak. Ansyori pun tersenyum mendengarnya.
                “ Immortal tingkat 0.”
+++
                “ Adris? Kamu tadi kemana?” tanya Resti pada Adris ketika Adris kembali ke kamar. Zona yang mengerti suasana, segera menyingkir dari kamar itu.
                “ Kamu sudah dengar, kan? Ada murid yang terbunuh lagi.” Jawab Adris tenang, sedangkan Resti terbelalak.
                “ Apa?? Bagaimana bisa?!” tanya Resti tidak percaya. Adris mengangkat bahu.
                “ Aku tidak tau. Yang jelas, pelakunya mungkin 2 orang.” Jawab Adris lagi. Resti menghela nafas.
                “ Aku mau ke tempatnya!” kata Resti tegas. Dia mengangkat tangannya ke samping dan seketika keluarlah air bah dari dalam kamar mandi. Namun, air itu bukannya menghantam mereka, air itu menunggu tepat di sebelah tangan Resti. Resti menatapnya tidak percaya.
                “ Wow...” gumam mereka berdua. Resti menatap Adris lalu dia tersenyum.
                “ Keren, kan?”
+++
                Adris hanya bisa diam. Dia tidak mengira sama sekali bahwa Resti mempunyai kemampuan sehebat ini.
                “ Adris? Kenapa kamu hanya diam?” tanya Resti padanya. Tangannya masih mengontrol air yang sekarang sedang membawa mereka ‘melayang’ di koridor sekolah.
                “ Ah, ti, tidak...” jawab Adris. “ Aku hanya... tidak menyangka kamu mempunyai kemampuan ini...”
                “ Aku juga tidak menyangka.” Balas Resti senang. “ Kamarnya ke arah mana?” tanyanya lagi.
                “ Ke, ke kiri...” jawab Adris. Resti memutar tangannya ke kiri, lalu air itu bergerak ke arah yang sama. Akhirnya, mereka sampai di depan sebuah pintu. Samar, terlihat seperti gelembung yang menutup pintu tersebut.
                “ Lho? Ini gelembung apa?” tanya Resti bingung. Dia berniat menyentuhnya, namun Adris segera melarangnya.
                “ Jangan disentuh!!” perintah Adris yang membuat Resti tersentak ke depan. Seluruh tubuhnya menembus gelembung itu, namun gelembung itu tidak pecah. Resti segera berdiri, lalu dia membuka pintu kamar itu.
                “ Hey, ini cukup mudah.” Ucap Resti. Adris semakin tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Gelembung tersebut merupakan gelembung perisai. Itu adalah kemampuan khusus yang merupakan kombinasi dari kemampuan air dan kemampuan angin, yang hanya dimiliki oleh salah satu guru mereka. Perisai itu tidak bisa ditembus. Jika ada yang mencoba menembusnya, maka perisai itu akan menyengat dan bisa membunuh. Bagaimana Resti bisa menembusnya dengan mudah?
+++
                Resti Anisa Lestari
                Astaga, aku tidak percaya akan apa yang kulihat. Bagaimana mungkin tubuh Elga bisa mengeriput seperti ini? Apa yang terjadi padanya??
                Kamu murid baru...?
                Aku tersentak mendengar nama itu. Saat aku mendongak, aku melihat arwah perempuan berdiri di atas tubuh Elga. Tunggu, dia mirip dengan Elga... Apa dia Elga?
                “ El, Elga?” tanyaku padanya. Dia mengangguk. Matanya menatapku sayu.
                Kamu bisa melihatku?
                “ I, iya... Aku bisa melihatmu.” Jawabku, lalu aku teringat sesuatu. “ Ah! Katakan padaku siapa pelakunya?!” tanyaku cepat. Dia perlahan menunduk. Aku dapat melihat air mata yang menetes di pipinya.
                Pacarku... Pacarku tega membunuhku... Dia, dia...
                “ Waktumu habis.”
                Aku terkejut mendengar suara itu. Sebuah cahaya yang sangat silau datang dari atas. Saat aku memperjelas pandanganku, aku melihat tubuh Elga tertarik ke atas.
                “ Tunggu!! Aku belum selesai bicara dengannya!!” teriakku cepat.
                “ Waktunya sudah habis. Dia harus pergi.”
                “ Kuperintahkan kau untuk mengembalikan dia, sekarang juga!!” perintahku tajam. Aku mengangkat tangan kiriku dan seketika arwah Elga tertarik kembali ke tempatku.
                “ Pengendali roh... Baiklah, asalkan kamu mengembalikannya sebelum matahari terbenam.”
                Cahaya itu menghilang, dan arwah Elga masih tetap berada pada tempatnya. Aku menghela nafas lega.
                Pengendali roh? Itu kemampuan terhebat yang pernah ada...
                “ Maksudnya?” tanyaku pada arwah Elga. Arwah itu menoleh ke arah pintu.
                Carilah di perpustakaan...
                “ Perpustakaan? Memangnya ada?” tanyaku lagi. Arwah Elga mengangguk. “ Ah, aku lupa! Siapa pelaku yang membunuhmu??”
                Itu...
                “ Resti? Kamu masih di dalam?”
                Aku tersentak mendengar suara itu. Ah, aku lupa kalau Adris masih ada di depan.
                “ I, iya... Aku masih di dalam. Tunggu sebentar!” teriakku, lalu aku kembali menoleh ke Elga. “ Jadi, siapa  yang membunuhmu?” tanyaku lagi. Dia tidak menjawab, namun dia menunjuk keluar.
                Immortal level four... Kumohon, jangan sakiti dia... Aku mencintainya...
                “ Setelah apa yang dia lakukan padamu?!” teriakku kesal. Dia menangis. “ Kamu menangisi siapa? Kematianmu atau cintamu yang hanya dia manfaatkan?” tanyaku tajam. Dia tidak menjawab, hanya terus menangis. “ Ya sudahlah, kembalilah ke alammu.”
                Sedetik kemudian, bayangan arwah itu menghilang dari hadapanku. Aku menghela nafas, lalu berjalan keluar menembus gelembung itu lagi. Adris menatapku khawatir.
                “ Kamu tidak apa-apa? Aku mendengar kamu berteriak tadi...” ucapnya khawatir. Aku hanya tersenyum membalasnya.
                “ Tidak apa-apa.” jawabku. Aku menggerakkan tanganku, lalu air yang berceceran di atas lantai pun terkumpul kembali. “ Apa kamu tau dimana kelas immortal tingkat 4?”
+++
                Abang Adrisky Fieryanto Armia
                Resti kembali mengendalikan air itu. Aku segera menunjukkan jalan, lalu akhirnya kami sampai di depan kelas immortal tingkat 4.
                “ Yakin ini kelasnya?” tanyanya padaku. Aku mengangguk. Dia menatap daftar siswa di depan pintu, lalu kembali menoleh ke arahku. “ Antarkan aku menemui setiap murid kelas ini! Kali ini, tanpa menggunakan kekuatan!” perintahnya, dan entah kenapa aku menurutinya saja. Tunggu, aku menurutinya? Ya, aku tidak bisa menolak! Ke, kenapa kemampuannya sama denganku?
                “ Re, Resti!” panggilku pada Resti. Dia menoleh ke arahku.
                “ Ada apa?” tanyanya lalu dia tersenyum manis. Aku terpana sesaat.
                “ Ti, tidak. Tidak ada apa-apa.” jawabku mengurungkan pertanyaanku. Aku merasa tidak sopan untuk bertanya padanya.
                Kami terus berjalan menyusuri koridor. Entah kenapa, aku merasa bingung dengan kemampuannya. Aku merasa... penasaran. Sangat penasaran. Tidak ada yang pernah membuatku merasa seperti ini. Tidak ada.
                “ Ini kamarnya.” Ucapku sambil menunjuk sebuah kamar. Resti meneliti pintu kamar itu.
                “ Ah, aku suka baunya... Wangi!” ucapnya girang. Dia mengetuk pintu itu, lalu keluarlah seorang laki-laki.
                “ Kamu siapa...?” tanyanya pada Resti. Bukannya menjawab, Resti hanya berjalan masuk ke dalam kamar itu. Aku segera masuk untuk menahannya, namun gerakanku terhenti ketika mendengar suaranya.
                “ Kalian disini mempunyai kemampuan apa saja?”
                Aku terbelalak, begitu juga seluruh laki-laki yang berada di dalam kamar itu. Mereka menatap Resti tidak suka.
                “ Adris, siapa dia? Ah, apa dia murid baru?” tanya Harits padaku. Aku hanya mengangguk, tidak tau harus menjawab apa. “ Anak baru... Hm, mungkin dia bisa dipermainkan sedikit...”
                Aku berniat menghalangi, namun tiba-tiba seseorang menahanku dari belakang.
                “ Jangan berbuat macam-macam, Adris...” ucap Aditya dari belakangku. Oh Hell, aku tidak bisa bergerak dibuatnya.
                “ Jangan coba-coba menyentuhku!”
                Aku terbelalak melihat Resti yang mengeluarkan gelembung tepat dari tangannya. bukan hanya itu, gelembung tersebut sama persis dengan gelembung yang dibuat oleh guru kami. Dia mengurung Harits dalam gelembung itu.
                “ Aku tanya, siapa di antara kalian yang merupakan pacar Elga?!” tanya Resti tegas. Aku melihat Harits mengernyit.
                “ Pacar Elga? Di kelas kami, tidak ada satu orang pun yang berpacaran dengan immortal tingkat 5! Mereka terlalu rendah untuk dijadikan pacar!” ucap Harits ketus. Aku melihat sorot mata Resti berubah. Dia berbalik, dan satu detik kemudian dia telah membawaku keluar dari kamar itu.
                “ Masih ada yang lain?” tanyanya padaku. Aku mengingat-ingat.
                “ Kamu mencari pacar Elga, kan? Kalau begitu, masih ada satu laki-laki yang tersisa.” Jawabku. Aku mengajaknya ke atas gedung.
                “ Lho? Memangnya ada disini, ya?” tanyanya bingung. Aku mengangguk, lalu menunjuk ke arah seorang laki-laki yang sedang duduk menepi tidak jauh dari kami. Resti mengernyit sesaat, lalu dia berjalan menuju laki-laki itu.
+++
                Resti Anisa Lestari
                Adris menunjuk seorang laki-laki yang sedang duduk tidak jauh dari kami. Aku mengernyit, karena dia menggunakan baju tebal dan tertutup. Dia memakai syal, topi, kacamata hitam, dan sarung tangan. Sepatunya pun sepatu boot!
                Tanpa ragu, aku berjalan ke arahnya dan berkata.
                “ Kamu pacar Elga, kan?”
                Dia menoleh ke arahku. Kacamata hitamnya memantulkan sinar matahari, membuatku silau melihatnya.
                “ Bukan.”
                Bagiku, itu terdengar seperti elakan, walaupun dia mengatakannya dengan datar. Tanganku bergerak untuk memegangnya, namun dia segera berdiri dan mendorongku sehingga aku jatuh dengan keras.
                “ Hey! Apa yang kamu lakukan?!” teriak Adris. Aku mendengar langkah kakinya mendekatiku, lalu dia membantuku berdiri. Aku melihat dia berjalan menjauh dari kami. Bukannya mengejar, aku hanya menatap kepergiannya. Apa dia... benar-benar pacarnya Elga?
+++
                Desty Rupa Lestari
                Aku datang ke acara pemakaman Elga dan Regyta-setelah diijinkan sekolah. Air mataku mengalir deras. Bagaimana tidak, mereka berdua merupakan sahabat terdekatku dan mereka meninggal secara tragis di sekolah! Aku tidak sanggup mengatakan apa pun lagi.
                “ Desty.”
                Aku menoleh dan melihat Fawwazi menghampiriku. Tunggu, dia tidak mengenakan kostum serba tertutupnya. Tumben.
                “ Ke, kenapa?” tanyaku dengan suara serak. Dia memberikan sebuah sapu tangan padaku.
                “ Jangan menangis. Tidak baik wanita sepertimu menangis.” Ucapnya.
                Deg.
                Bukan, aku bukan merasa berdebar di dekatnya. Ini perasaan lain, seperti...
                Tanpa kusadari, seseorang datang dari belakangku dan memegang tubuhku. Seketika, tubuhku menjadi lemas dan aku lupa apa yang terjadi. Semua menjadi gelap.

                Aku berusaha memberontak, namun sia-sia. Tubuhku terikat di dalam air ini. Sial, aku terjebak oleh jebakan mereka!
                “ Kamu kenapa?”
                Aku menoleh dan melihat seekor tikus sedang menatapku bingung.
                “ Tolong aku! Pergi temui immortal tingkat 0! Mereka pasti mengerti bahasamu! Katakan kalau aku ada disini!” mohonku cepat. Tikus itu mengangguk, lalu dia berlari pergi.
+++
                Resti Anisa Lestari
                Aku baru saja berniat masuk ke dalam kamar bersama Adris ketika seekor tikus menggigit kakiku.
                “ Auw!”
                “ Resti? Kamu kenapa?” tanya Adris padaku. Aku mengelus kakiku pelan, dan hal berikut yang aku dengan adalah:
                “ Tolong! Seorang perempuan terkurung di kamar mandi di dekat kulkas besar!”
                Deg.
                “ A, apa?!” tanyaku tidak percaya. Kenapa aku tidak percaya? Karena aku tidak percaya bahwa seekor tikus baru saja berbicara padaku!
                “ Tolong, Nona! Aku tau kamu immortal tingkat 0! Karena itu, kamu harus menolongnya!” jawab tikus itu, lalu dia berlari seakan-akan memintaku untuk mengikutinya. Tanpa ragu, aku berlari mengikutinya, meninggalkan Adris.
+++
                Someone
                Aku tersenyum sendiri melihat Oppi. Dia tampak begitu sibuk dengan urusan barunya.
                “ Terima kasih telah memberiku pekerjaan ini! Aku sangat senang!” ucapnya, lalu dia berlalu dari hadapanku. Senyumku perlahan berubah menjadi seringaian.
                “ Sama-sama.”
+++
                Abel Dirqanzaki
                “ Apa?! Resti pergi begitu saja darimu??” tanyaku tidak percaya. Adris mengangguk lesu.
                “ Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku tidak punya ide apa pun kemana perginya dia.” Jawabnya pelan. Aku menoleh ke Ansyori, namun dia hanya mengangkat bahunya.
                “ What’s going on? Any problem?” tanya Zona bingung. Aku segera menjelaskan pada Zona apa yang terjadi. “ What?! Hey, we should find her right now! How can you just sit there without any worries??
                Benar. Bagaimana mungkin kami dari tadi duduk disini tanpa bertindak? Astaga, bodoh sekali!
                Tanpa banyak bicara, kami berempat berlari keluar dari kamar lalu berpencar mencari Resti. Beberapa orang menatapku aneh, namun aku tidak mempedulikannya. Aku harus menemukan Resti sekarang atau akibatnya fatal.
                “ Kalian lihat seorang perempuan lewat disini tadi?” tanyaku pada setiap orang yang kutemui. Namun mereka semua menjawab tidak. Aku mengacak rambutku frustasi, sampai aku mendengar sebuah suara.
                “ Aku tadi melihatnya berlari ke arah kamar mandi di dekat kulkas.”
                Aku menoleh dan melihat seorang laki-laki berdiri tidak jauh dariku. Aku menatapnya penuh harap.
                “ Jadi, dia ada disana sekarang?” tanyaku. Laki-laki itu mengangguk.
                “ Aku bisa melihat sejauh 10 meter.” Jawabnya. Aku segera mengucapkan terima kasih padanya, lalu berlari ke arah yang dimaksud.
+++
                Resti Anisa Lestari
                Aku menatap sesuatu di depanku dengan tatapan tidak percaya.
                Bagaimana mungkin tubuh perempuan itu membeku di dalam es? Bukan hanya itu, es itu berwarna merah! Darah! Astaga, apa yang sebenarnya terjadi?! Kenapa di hari pertama aku masuk kesini sudah begitu banyak kasus?
                “ Keluarkan dia.” Kata tikus itu. Aku mengangguk, lalu menatap es tersebut. Seketika es itu berubah menjadi air, air darah. Tubuh perempuan itu penuh bekas sayatan, mulai dari wajah, tangan, kaki, dan lain-lain. Dia tidak mungkin masih hidup.
                “ Astaga, Resti?!”
                Aku menoleh dan melihat Abel menatapku terkejut.
                “ Abel! Ada mayat lagi disini!”
+++
                Headmastress
                3 kasus pembunuhan. Pertama, dengan kaca. Kedua, penyerap energi. Ketiga, pembekuan es.
                Aku sudah menyeleksi seluruh siswa, dan ada 4 orang tersangka. Hm, apa mungkin mereka pelakunya?
                Laiza Arazak. Dia adalah pengendali kaca dan bisa merubah bentuk kaca. Apa dia yang membunuh Regyta?
                Muhammad Fawwazi Mutazzam. Mengapa dia memakai baju dan alat-alat lainnya? Karena jika dia menyentuh orang lain, energi orang itu akan terhisap ke dalam diri mereka. Apa dia yang membunuh Elga?
                Oppi Ulandari. Pembuat es dan bisa mencairkan es atau pun membekukan air. Kasus ini menimpa Desty. Apa benar-benar dia pembunuhnya?
                Satu perkiraan terakhir, siswi yang belum diketahui kekuatannya, namun sudah jelas, dia adalah immortal tingkat 0.
                Resti Anisa Lestari.
+++
                “ Ma’am Martini!”
                Kepala Sekolah itu menoleh ke arah pintu. Dia melihat Adris berlari terpogoh-pogoh ke arahnya.
                “ Sudah mendapatkan apa yang Ma’am inginkan?” tanya Kepala Sekolah itu. Adris mengangguk.
                “ Kemampuan immortal tingkat 0... Dia bisa meniru kemampuan orang lain yang dilihatnya. Kemampuan aslinya, dia merupakan pengendali roh.” Jawab Adris. Ma’am Martini berdecak ringan.
                “ Dari mana kamu tau?” tanya beliau lagi.
                “ Perbincangan di ruangan Elga. Saya bisa mendengarnya. Lalu, dia tidak akan mempan terhadap kekuatan apa pun.” Jawab Adris. Ma’am Martini tersenyum, sepertinya beliau telah menemukan jawaban yang beliau inginkan.
+++
                Someone
                Sial! Ternyata Adris sudah mengetahui kemampuan Resti! Aku tidak boleh lengah... Ah, bukan. Aku harus menyelesaikan ini secepatnya... Ya, bunuh semua sekaligus... Tanpa terkecuali...
+++
                “ Seluruh siswa-siswi, harap segera berkumpul di aula besar. Ada rapat.”
                Bingung, seluruh murid sekolah X berkumpul di ruang aula. Resti dijaga oleh Abel dan Ansyori, sedangkan Zona menghilang entah kemana.
                “ Pengumuman.” Ucap Ma’am Martini dari atas podium. Suasana menjadi sunyi senyap. “ Dikarenakan kasus yang sering terjadi belakangan ini, maka untuk sementara kalian akan dipulangkan ke rumah masing-masing. Ingat, jangan bicarakan apa pun yang pernah kalian jalani di sekolah ini. Mengerti?”
                “ Mengerti...”
                Tanpa mereka semua sadari, seseorang sedang menatap mereka dari ruang pengawas.
                “ Mulailah...” ucapnya pelan. Tiba-tiba seorang laki-laki dalam aula itu membuka sarung tangannya, lalu dia menyentuh seorang siswi di dekatnya.
                “ UAGGHH!!”
                Semua siswa-siswi menoleh ke sumber suara dan mereka terkejut melihat seorang Muhammad Fawwazi Mutazzam berdiri dengan tangan terbuka yang akan berakibat fatal jika dia menyentuh orang lain.
                “ Siapa yang ingin berkenalan denganku...?” tanyanya dengan senyum seringaian. Seorang laki-laki bergerak maju dengan tangan terkepal.
                “ Beraninya kau membunuh Keizia!!” teriaknya. Baru saja dia berniat mengambil kesadaran Fawwazi, sedinding air menghalanginya. Bukan hanya dia, bahkan seluruh aula itu dikelilingi oleh air. Saat air itu menetes ke bawah dan menyentuh seorang siswa, dia berteriak kesakitan.
                “ Aaaarrgghh!!”
                Siswa itu jatuh ke atas tanah dan menggeliat kesakitan. Beberapa detik kemudian, dia telah meninggal dunia.
                “ Masih ada yang ingin bermain?” tanya Oppi yang telah mengangkat tangannya untuk mengendalikan air itu.  Ma’am Martini membuat gelembung pelindung yang segera bergerak sendiri melindungi murid-muridnya, namun sebuah kaca melayang dan tepat tertancap di jantungnya.
                “ Ma’am, jangan bertindak curang...” ucap Laiza, lalu dia tertawa sinis.
                “ Resti, cepat berlindung!” ucap Abel panik. Dia dan Ansyori membawa Resti pergi, namun tiba-tiba sebuah kaca menghalangi mereka.
                “ Eits, jangan pergi dulu.”
                Seorang laki-laki menyentuh laki-laki yang tadi hendak menyerang Fawwazi, dan seketika laki-laki itu membeku dan berubah menjadi lilin.
                “ Bagaimana kamu menolong mereka, immortal tingkat 0?” katanya santai. Bat namanya terlihat jelas, Muhammad Rizky Arif Rindana.
                “ Resti, cepat pergi! Kamu tidak boleh mati disini!” bisik Ansyori pada Resti. Resti berniat protes, namun Ansyori mendorongnya pergi. Oppi menjadi berang.
                “ Tak kan kubiarkan satu orang pun hidup!”
                Dia menurunkan kedua tangannya cepat dan air itu jatuh ke atas seluruh siswa. Asap pun muncul dan menghalangi pandangan semua orang.
                “ Hah! Kamu kira aku tidak akan bisa menyerang jika asap muncul?!” bentak Laiza berang. Asap itu perlahan menghilang, dan apa yang dilihat Laiza membuatnya terbelalak.
                Seluruh murid terlindungi oleh gelembung, kecuali ia, Oppi, Fawwazi, dan Rizky.
                “ Apa...?! Si, siapa yang melakukannya?!!” teriaknya. Dia mengayunkan tangannya dan seketika sebuah kaca yang lancip melayang ke siswi di dekatnya, namun tiba-tiba kaca itu berhenti. Laiza terkejut, karena dia tau bahwa hanya dialah yang bisa mengendalikan kaca di sekolah itu.
                “ Jangan pernah membunuh lagi!”
                Resti berjalan keluar dari kerumunan siswa-siswi. Dia menatap Laiza tajam. Tangan kanannya yang tadi terancung ke depan pun turun, bersamaan dengan turunnya kaca itu ke atas lantai.
                “ Ti, tidak mungkin!” ucap Laiza tidak percaya.
                “ Ya, ini mungkin.” Balas Resti. “ Aku bisa meniru kekuatan kalian.”
                 Sedetik kemudian, Resti telah berada di belakang Fawwazi. Dia memegang bahu Fawwazi pelan.
                “ Pergilah kau ke Neraka.”
                Tangannya menarik sesuatu dari dalam diri Fawwazi. Roh. Tubuh Fawwazi jatuh ke atas tanah, sedangkan rohnya masuk ke dalam sebuah wadah panas di dasar dunia.
                “ Sial!” teriak Oppi. Dia mengeluarkan air dari dalam tangannya. Resti mendelik.
                “ Air jika dilawan dengan air akan bercampur... Gawat...” gumamnya pelan. Tanpa dia sadari Rizky telah berada di belakangnya, bersiap menyentuhnya.
                “ Resti!! Awas!!”
                Resti segera menunduk tepat pada waktunya. Dia mengambil pecahan kaca yang berserakan di kakinya, lalu tanpa ragu menusukkannya ke kaki Rizky. Laiza berusaha mengambil kaca itu, namun kemampuan Resti jauh lebih kuat.
                “ Rasakan!!”
                Resti berbali dan melihat air dari tangan Oppi telah berubah bentuk menjadi panah dan akan menyerangnya. Satu-satunya cara menahannya adalah...
                “ Bekulah!” teriak Resti dan air itu membeku. Dia segera mengambil es itu dan melemparnya ke arah Oppi. Oppi terkena es itu dan tewas seketika karena racun yang berada dalam es tersebut.
                “ Sial!”
                Laiza berlari keluar dari aula tersebut. Resti berniat mengejar, namun Abel segera menghentikannya.
                “ Tunggu, Resti! Kalian sesama tingkat 0! Lebih baik kamu meniru kekuatanku dulu!” ucap Abel. Resti mengatur nafasnya.
                “ Baiklah. Tunjukkan.” Kata Resti. Dia menghilangkan gelembung yang mengelilingi Abel.
                Abel mengeluarkan tanah dari dalam tangannya, lalu dia menguah tanah itu menjadi pasir. Resti mengangguk-angguk melihatnya.
                “ Aku juga!”
                Yang lain pun ikut menunjukkan kemampuan mereka pada Resti, karena mereka berpikir, bahwa Restilah yang bisa menyelamatkan mereka. Dan juga sekolah mereka. Sekolah X.
+++
                Someone
                Apa?! Dia bisa meniru kemampuan orang lain? Tidak, ini tidak bisa dibiarkan...
                “ Stop it!
                Aku menoleh dan melihat Adris berdiri tidak jauh di belakangku. Aku tersenyum sinis melihatnya.
                “ Sudah tau kalau aku pelakunya...?”
+++
                Resti Anisa Lestari
                “ Resti, pergilah! Aku... aku mempunyai firasat buruk terhadap Adris! Sedari tadi dia menghilang, bersama Zona!”
                Ucapan Abel tadi membuatku tersentak. Gawat, aku harus segera mencarinya!
                Tanganku mengeluarkan gelembung yang segera melindungi mereka lagi.
                “ Hati-hati.” Ucapku, lalu aku berlari secepat mungkin mengelilingi sekolah. Beruntung, kemampuan Aditya bisa kumanfaatkan. Aku sudah mengelilingi seluruh bagian sekolah, sampai akhirnya aku menemukan sebuah pintu yang sedikit terbuka.
                “ Kamu... kamu bisa bicara Bahasa Indonesia...?”
                Suara Adris! Tunggu, apa yang tadi dia bilang? Bisa bicara Bahasa Indonesia? A, apa dia bersama...
                Tanganku membuka pintu itu lebar, dan mataku terbelalak melihat Adris sedang diikat. Matanya tertutup kain hitam. Dan lebih parahnya, Laiza dan seorang laki-laki yang kukenal berdiri di depannya dan sedang menatap sinis Adris.
                “ Zo... Zona...”
                Dia dan Laiza menatapku, sedangkan Adris sepertinya terkejut mendengar suaraku.
                “ Resti? Kenapa kamu disini, Resti?! Cepat pergi!” teriaknya. Pergi? Mana mungkin aku pergi meninggalkannya!
“ Berani datang, hah?” ucap Zona sinis. Astaga, kemana perginya senyum manis itu?
                “ Ja, jadi... selama ini pelakunya adalah...” ucapku terbata. Zona tersenyum, lalu semakin lama senyum itu berubah menjadi seringaian.
                “ Ya... Akulah pelakunya.”
+++
                Resti terlihat shock mendengarnya. Dia menatap Zona tidak percaya, seakan-akan Zona baru memuntahkan 100 kodok dari mulutnya.
                “ Tidak... Tidak mungkin! Ka, kamu tidak mungkin pelakunya!” teriaknya. Nada suaranya bergetar, pertanda dia sedang takut sekarang.
                “ Tidak mungkin? Semua bisa menjadi mungkin, Resti... Immortal tingkat 0, hah? Kamu bukan tandinganku, sayang... Aku, mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan tingkatanmu, Resti...” ucap Zona dengan tenangnya. Kaki Resti termundur ke belakang, namun dia berusaha kuat, untuk menolong Adris.
                “ Aku tidak peduli tingkatanmu lebih tinggi dari padaku! Tapi, lepaskan Adris!” perintah Resti tegas. Laiza bergerak ke arah Adris, namun Zona segera menahannya dan tiba-tiba sesuatu diambilnya keluar dari tubuh Laiza. Rohnya.
                “ Aku juga mempunyai kemampuan yang sama denganmu...” ucap Zona tenang. “ Namun, aku bukan di tingkatan yang sama denganmu. Aku, ada, di tingkatan... Dewa.”
                Tiba-tiba, Zona menjentikkan jarinya dan seketika hujan kaca terjadi. Resti segera mengangkat tangannya ke atas, lalu dia membuat pelindung dari air. Dia menurunkan satu tangannya dengan cepat lalu mengeluarkan angin pemotong, bukan ke arah Zona, melainkan ke arah tali yang mengikat Adris.
                Ctas!
                Tali itu terpotong. Adris bebas bergerak! Dia segera membuka penutup matanya. Zona menjadi berang. Dia mengayunkan tangannya ke arah Adris dan seketika api yang sangat besar muncul.
                “ Tidak!!” teriak Resti. Dia mengayunkan perisainya ke arah api itu hingga api itu padam dengan cepat. Dia menjadi lengah, dan kesempatan itulah yang diambil Zona.
                “ Aku pasti menang.” Ucap Resti yang membuat Zona terkesiap. Resti segera menunduk saat gumpalan tanah menyerangnya. Adris berusaha membantu, namun Zona mementalkannya dengan mudah.
                “ Zona, berhentilah! Apa yang membuatmu menjadi seperti ini?!” tanya Adris pada Zona. Zona mendelik. Dia mengayunkan tangannya sehingga Adris terpental ke dinding.
                “ A, apa yang kamu lakukan?! Adris itu sahabatmu sendiri!!” teriak Resti. Dia mengambil tanah lalu merubahnya menjadi besi. Dengan cepat dia mengayunkan besi itu ke kepala Zona.
                Buakk!!
                Zona terhuyung ke depan. Kesempatan itu dimanfaatkan Resti untuk membuat gelembung yang segera melindungi Adris.
                “ Resti! Bagaimana denganmu?!” tanya Adris dari dalam gelembung. Resti menggeleng, lalu dia menghadap ke arah Zona.
                “ Kemampuan Najib Arafat, berubah menjadi binatang apa pun.” Ucap Resti pelan. Tak lama kemudian, dia berubah menjadi seekor tikus. Catat, berubah menjadi seekor tikus.
                Zona celingukan mencari Resti. Matanya tertuju pada seekor tikus yang sekarang sedang menggigiti kakinya.
                “ Auw!”
                Reflek, dia menendang kakinya ke depan sehingga tikus itu terlempar lalu terhempas ke dinding. Tikus itu pun berubah kembali menjadi Resti.
                “ Ugh...” rintihnya pelan. Dia segera bergerak hingga dia telah berada di belakang Zona. “ Kemampuan Aditya Anugrah Saputra, bergerak secepat angin. Dan juga kemampuan Harits Aldi Yafi, menggerakkan benda tanpa menyentuhnya.”
                Perlahan, Zona terangkat ke atas udara. Dia tampak panik.
                “ Tu, turunkan aku!” teriaknya. Resti hanya tertawa.
                “ Turunkan? Tidak.” Jawab Resti. Zona menatapnya tidak suka. “ Kemampuan Yudandi Kuputra Aji, membaca pikiran. Kamu tidak perlu berniat turun, sayang. Kamu tidak akan bisa melawan kemampuanku.” Ucapnya lagi. Zona meronta-ronta.
                “ Turunkan aku!!” teriaknya lagi. Resti semakin tertawa.
                “ Kemampuan Rizki Medis, menghilangkan kemampuan orang lain dalam radius 3 meter.” Kata Resti. Dia melempar Zona ke dinding.
                Buaakkk!!!
                Adris terbelalak melihat semua itu. Dia tidak menyangka kemampuan Resti sehebat itu.
                “ Kemampuan Ristia Rani, mengendalikan api.” Ucap Resti. Dari tangannya pun keluar api yang sangat besar. Zona segera mengeluarkan air yang memadamkan api tersebut. Asap mengelilingi mereka.
                “ Ka, kamu jangan menganggapku remeh!” teriak Zona. Dia mengayunkan tangannya, lalu keluarlah air yang sama dengan air milik Oppi. Air itu menghujam Resti.
                “ Uaagghh!!”
                “ Rasakan itu!!” teriak Zona senang, namun kesenangannya berubah saat melihat ada 9 orang Resti di depannya.
                “ Kemampuan Gusti Indah Lestari, menggandakan diri.” Ucap Resti tenang. “ Kamu membunuh 1 kembaranku. Haha.” Ucapnya dengan tawa yang datar. Zona terbelalak melihat air yang keluar dari tubuh Resti. “ Kemampuan Maharani Eka Pratiwi, Inggit Almira, dan Yuni Kartika. Mengendalikan 4 elemen.”
                Resti mengerahkan tenaganya. Air itu dicampur dengan angin, sedangkan tangan kirinya mencampur api dengan angin juga. Lalu, dengan sekali ayunan dia melempar semua itu ke arah Zona. Beberapa detik sebelum mengenai Zona, dia membuat batu bata dari tanah yang segera menghalanginya dari kekuatan Resti. Resti berdecak.
                “ Kemampuan Rossa Nurnengsih, mengendalikan pikiran.”
                Kemampuan terakhir yang ia keluarkan, namun Zona mengucapkan mantra terakhirnya.
                “ Musnahlah kalian... menjadi abu.”
                Resti terkejut. Dia menoleh ke arah Adris dan terlihat tubuh Adris perlahan berubah. Tanpa ragu, dia menyentuh Zona lalu menarik rohnya keluar.
                “ Pergilah kamu ke Neraka!!” teriak Resti. Roh Zona pun kembali masuk ke dalam wadah panas di bawah bumi. Resti segera menolong Adris. “ Adris! Kamu bisa mendengarku, Adris?! Kumohon, tahanlah!” ucapnya panik, namun Adris tidak menjawab apa pun. Resti melihat ke arah tubuh Zona yang tidak bernyawa lagi, hingga dia mendapatkan sebuah ide gila.
+++
                3 tahun kemudian...
                “ Zona, disana pemandangannya bagus, lho!”
                “ Benarkah? Ayo kita kesana!”
                Dua orang muda-mudi itu berjalan menuju sebuah taman. Disana, mereka duduk dengan santai.
                “ Resti.” Panggil laki-laki itu. Perempuan itu menoleh. “ Bisakah kamu jangan memanggilku Zona?” pintanya. Resti hanya tersenyum.
                “ Tentu saja bisa, Adris. Namun, aku hanya bisa memanggilmu Adris jika aku hanya berdua denganmu.” Kata Resti tenang. Adris cemberut mendengarnya.
                “ Salahmu juga kenapa memindahkan rohku ke tubuh Zona.” Ucap Adris merajuk. Resti tertawa, lalu dia mengacak-acak rambut Adris.
                “ Tenang saja. Aku senang asalkan kamu masih hidup. Bahkan...”
                Adris menggerakkan tangan Zona yang membuat air di bawah mereka terangkat ke atas.
                “ ... kamu mempunyai kemampuan Zona seutuhnya.”

0 comments:

Post a Comment